“Sebab Aku telah memberi
suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat yg sama seperti yg telah
Ku-perbuat kepadamu”. (Yohanes 13:15)
Tuhan Yesus pernah
berkata : “Pikulah kuk yg Kupasang dan belajarlah pada-ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan”. (Matius 11:29)
Demikian juga dalam nas tersebut diatas Yesus memberi teladan tentang
kerendahan hati dg “membasuh kaki murid-muridNya”, dan berkata : “Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba
tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada Dia yg
mengutusnya”. (Yohanes 13:16) Sebab Yesus juga adalah seorang utusan dari Allah
Bapa, jadi Yesus tahu bagaimana harus bersikap & berkarakter rendah hati terhadap
Allah Bapa di sorga yg mengutusNya, maupun terhadap murid-muridNya & sesama
manusia, walaupun Ia adalah seorang Guru.
Teladan/perbuatan/contoh
adalah suatu yg sangat penting bagi kita dalam menjalani hidup sesuai dg firman
Tuhan & perintahNya, rencanaNya serta ketetapanNya.
Sebab kalau tidak
disertai dg teladan/perbuatan/contoh, maka kita akan menjadi orang yg mudah segera
lupa. Kita akan menjadi seperti seorang yg sedang mengamat-amati mukanya yg
sebenarnya didepan cermin. Baru saja dia memandang dirinya, dia sudah pergi
atau dia segera lupa bagaimana rupanya. (Yakobus 1:23-24)
Sebab itu firman Tuhan
dalam kitab Yakobus sudah mengatakan “hendaklah kamu menjadi pelaku firman
Tuhan dan bukan hanya pendengar firman Tuhan. Sebab kalau kita hanya menjadi
pendengar saja, maka sebenarnya kita sedang menipu diri diri sendiri. (Yakobus
1:22)
Padahal kalau kita menjadi
pendengar firman Tuhan dan menelitinya/merenungkan firman Tuhan & hukum
Tuhan yg sempurna, yg memerdekakan orang; dan juga bertekun didalamnya yakni
sungguh-sungguh melakukannya, maka kita akan menjadi berbahagia oleh
perbuatan/tindakan kita itu. (Yakobus 1:25)
Contoh:
Ada seorang ayah
mengajarkan firman Tuhan kepada anaknya agar anaknya jujur/tidak
berbohong/berdusta dalam hidupnya.
Tetapi si ayah sendiri tidak pernah melakukan apa yg dikatakan oleh
firman Tuhan itu.
Pada suatu ketika, anak itu
pergi ke suatu taman bermain dengan ayahnya. Pada saat akan membeli karcis
masuk, si Ayah melihat daftar harga masuk kesana. Tertulis disana bahwa harga
karcis adalah rp 35 ribu, anak-anak 6 th kebawah rp 20 ribu dan anak-anak
dibawah 2 tahun gratis.
Si Ayah berpikir anaknya baru saja merayakan ulang tahunnya yg ke 7 dan badannya cenderung lebih kecil dibanding anak-anak seumurnya. Jika dia mengatakan bahwa anaknya berumur 6 tahun, tentu si penjual karcis tsb akan percaya, dan dia bisa mendapatkan harga yg lebih murah. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli karcis anaknya dengan harga 6 tahun.
Si Anak sempat akan berkata & mengingatkan ayahnya bahwa dia berumur 7 tahun, tetapi ayahnya dengan cepat meminta dia untuk diam saja. Si Anak merasa bingung, dia bertanya-tanya dalam dirinya:
Apakah ayahnya lupa bahwa dia sudah berumur 7 th ? ataukah ayahnya ini berbohong ?
Dia merasa bahwa tidak mungkin jika ayahnya lupa, karena mereka baru saja merayakan ulang tahunnya; tetapi tidak mungkin juga ayahnya berbohong, sebab ayahnya selalu mengajarkan padanya untuk tidak berbohong.
Si Anak memendam pertanyaan ini dalam dirinya sampai mereka sampai kembali dirumah. Lalu dengan tidak sabar dia menanyakan kepada ayahnya kenapa ayahnya mengatakan bahwa umurnya 6 tahun ?
Si Ayah menjawab supaya mereka membayar dengan harga lebih murah rp 15ribu. Si Anak tertegun mendengar jawaban ayahnya dan dia berkata : “Ayah pembohong”. Si Ayah terkejut mendengar jawaban anaknya itu dan merasa menyesal, sebab dia disebut pembohong oleh anaknya. Dan yg lebih parah hal itu, telah merusak diri si anak tentang arti kejujuran yg di firmankan/diperintahkan Tuhan. Dan dia sudah mengajarkan & memberi teladan kepada Anaknya itu bagaimana caranya untuk menjadi seorang pembohong.
Si Ayah berpikir anaknya baru saja merayakan ulang tahunnya yg ke 7 dan badannya cenderung lebih kecil dibanding anak-anak seumurnya. Jika dia mengatakan bahwa anaknya berumur 6 tahun, tentu si penjual karcis tsb akan percaya, dan dia bisa mendapatkan harga yg lebih murah. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli karcis anaknya dengan harga 6 tahun.
Si Anak sempat akan berkata & mengingatkan ayahnya bahwa dia berumur 7 tahun, tetapi ayahnya dengan cepat meminta dia untuk diam saja. Si Anak merasa bingung, dia bertanya-tanya dalam dirinya:
Apakah ayahnya lupa bahwa dia sudah berumur 7 th ? ataukah ayahnya ini berbohong ?
Dia merasa bahwa tidak mungkin jika ayahnya lupa, karena mereka baru saja merayakan ulang tahunnya; tetapi tidak mungkin juga ayahnya berbohong, sebab ayahnya selalu mengajarkan padanya untuk tidak berbohong.
Si Anak memendam pertanyaan ini dalam dirinya sampai mereka sampai kembali dirumah. Lalu dengan tidak sabar dia menanyakan kepada ayahnya kenapa ayahnya mengatakan bahwa umurnya 6 tahun ?
Si Ayah menjawab supaya mereka membayar dengan harga lebih murah rp 15ribu. Si Anak tertegun mendengar jawaban ayahnya dan dia berkata : “Ayah pembohong”. Si Ayah terkejut mendengar jawaban anaknya itu dan merasa menyesal, sebab dia disebut pembohong oleh anaknya. Dan yg lebih parah hal itu, telah merusak diri si anak tentang arti kejujuran yg di firmankan/diperintahkan Tuhan. Dan dia sudah mengajarkan & memberi teladan kepada Anaknya itu bagaimana caranya untuk menjadi seorang pembohong.
Sebab itu, kalau kita
sungguh-sungguh mengasihi Yesus Kristus Tuhan kita dan kita mau menjadi
berbahagia dg perbuatan kita itu; maka janganlah kita pernah mau menjadi
pendengar firmanTuhan saja, melainkan jadilah pelaku firman Tuhan. Dengan
menjadi pelaku firmanNya, perintahNya & hukumNya seperti yg ditulis dalam Alkitab,
maka Tuhan pun akan melimpahi kita dengan kebaikkan dalam segala pekerjaan
kita, dalam buah kandungan kita, dalam hasil usaha kita, dan Tuhan-pun akan
berkenan kepada kita. (Ulangan 30:8-10)
Doa kami:
Tuhan Yesus, tolonglah
kami yg percaya kepada Engkau, agar kami jangan hanya menjadi pelaku firmanMu,
melainkan menjadi pelaku firmanMu senantiasa. Amin