“Apapun yg kamu perbuat,
perbuatlah dg segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, Kamu
tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yg ditentukan bagimu sebagai
upah”. (Kolose 3:23-24)
Ada suatu kisah yg cocok
dg nas firman Tuhan tersebut diatas : Seandainya diantara kita ada yg sudah pernah membaca
kisah/cerita dibawah ini, marilah kita sama-sama merenungkannnya kembali, sebab
sebagai manusia kita ini mudah lupa.
Alkisah ada seorang
tukang kayu tua yg bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan
konstruksi real estate. Dia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik
perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, dia akan kehilangan penghasilan bulanannya,
tetapi keputusannya itu sudah bulat.
Tukang kayu ini merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya. Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya.
Dia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk keperluan dirinya.
Kemudian tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi dari pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya dia merasa terpaksa. Dia ingin segera berhenti, hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Dia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang dia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
Tukang kayu ini merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya. Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya.
Dia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk keperluan dirinya.
Kemudian tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi dari pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya dia merasa terpaksa. Dia ingin segera berhenti, hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Dia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang dia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan
itu datang melihat rumah yang dimintanya, pemilik perusahaan itu menyerahkan
sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu,"katanya,
"hadiah dari kami."
Betapa terkejutnya si tukang kayu dan betapa malu dan menyesalnya dia. Seandainya saja dia mengetahui bahwa dia sesungguhnya mengerjakan rumah itu untuk dirinya sendiri, tentu dia akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali, yg jauh lebih baik daripada yg semua sudah dikerjakannya. Kini dia harus tinggal di sebuah rumah yang tidak terlalu bagus, hasil karyanya sendiri. Dia harus menanggung kesalahannya sendiri, karena dia tidak mengerjakannya dg sepenuh hati spt untuk Tuhan. (Kolose 3:25)
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang sembarangan & sekehendak hati kita. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan pada bagian-bagian terpenting dalam hidup ini, kita tidak memberikan/mengerjakan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan hidup kita, maka kita akan terkejut & menyesal sendiri, ketika melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam suatu kehidupan yg buruk, memalukan & menyedihkan, yang kita ciptakan/kerjakan sendiri. (Kolose 3:25)
Seandainya kita menyadarinya sejak semula, maka tentunya kita akan menjalani hidup ini dengan sembarangan & sekehendak hati kita, melainkan dengan cara yang jauh berbeda. Renungkanlah bahwa sebagai orang yg percaya kepada Tuhan, kita adalah si tukang kayu, hambaNya.
Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku,memasang papan,
mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah untuk Tuhan & bukan untuk manusia, dan kita hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup; karena memang demikianlah adanya. Hidup kita esok adalah hasil atau akibat dari sikap, perbuatan & pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan bukan kita. Kalau kita tidak melakukan yg terbaik seperti untuk Tuhan, maka kelak kita akan menanggung kesalahan kita sendiri. (Kolose 3:25)
Renungan hari ini dikirimkan oleh salah seorang saudari kita seiman, kawan sekerja Allah, yg tinggal diluar negeri. Semoga bermanfaat dan Tuhan Yesus memberkati !
Betapa terkejutnya si tukang kayu dan betapa malu dan menyesalnya dia. Seandainya saja dia mengetahui bahwa dia sesungguhnya mengerjakan rumah itu untuk dirinya sendiri, tentu dia akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali, yg jauh lebih baik daripada yg semua sudah dikerjakannya. Kini dia harus tinggal di sebuah rumah yang tidak terlalu bagus, hasil karyanya sendiri. Dia harus menanggung kesalahannya sendiri, karena dia tidak mengerjakannya dg sepenuh hati spt untuk Tuhan. (Kolose 3:25)
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang sembarangan & sekehendak hati kita. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan pada bagian-bagian terpenting dalam hidup ini, kita tidak memberikan/mengerjakan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan hidup kita, maka kita akan terkejut & menyesal sendiri, ketika melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam suatu kehidupan yg buruk, memalukan & menyedihkan, yang kita ciptakan/kerjakan sendiri. (Kolose 3:25)
Seandainya kita menyadarinya sejak semula, maka tentunya kita akan menjalani hidup ini dengan sembarangan & sekehendak hati kita, melainkan dengan cara yang jauh berbeda. Renungkanlah bahwa sebagai orang yg percaya kepada Tuhan, kita adalah si tukang kayu, hambaNya.
Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku,memasang papan,
mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah untuk Tuhan & bukan untuk manusia, dan kita hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup; karena memang demikianlah adanya. Hidup kita esok adalah hasil atau akibat dari sikap, perbuatan & pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan bukan kita. Kalau kita tidak melakukan yg terbaik seperti untuk Tuhan, maka kelak kita akan menanggung kesalahan kita sendiri. (Kolose 3:25)
Renungan hari ini dikirimkan oleh salah seorang saudari kita seiman, kawan sekerja Allah, yg tinggal diluar negeri. Semoga bermanfaat dan Tuhan Yesus memberkati !
Doa kami:
Tuhan Yesus, ajarlah kami
agar dapat melakukan apa yg kita perbuat dalam kehidupan ini dg segenap hati
kami seperti untuk Mu ya Tuhan. Amin