“Akhir suatu hal lebih
baik daripada awalnya. Panjang sabar lebih baik daripada tinggi hati”. (Pengkotbah
7:8)
Hari ini kita akan
merenungkan lagi suatu bahan renungan kiriman dari salah seorang saudari kita
seiman, dan telah kami sadur, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Pada umumnya hal-hal yg
merupakan awal, seperti menjadi
seorang raja yg baru menggantikan raja yg lama, atau menduduki suatu posisi
baru sebagai pemimpin, peresmian kantor baru, pernikahan, menempati
rumah baru & sesuatu yg baru lainnya; selalu dilakukan dengan penuh semangat
bahkan mewah/megah & indah dipandang dan sangat membanggakan orang yg
bersangkutan atau pemiliknya.
Namun semangat, keindahan,
kemegahan & kebanggaan itu jarang bertahan hingga akhir. Firman Tuhan dalam
kitab Pengkhotbah diatas mengingatkan kita bahwa “Akhir suatu hal lebih baik daripada
awalnya. Dan panjang sabar lebih baik dari tinggi hati”.
Misalnya: Kita ikut suatu
balapan mobil, dan kita berbangga diri dapat start di posisi terdepan. Namun ketika
menjalani balapan tsb, kita tidak sabaran dan ingin cepat menang, sehingga kita
jadi sembrono dan tidak memperhatikan kondisi jalanan yg licin, sehingga membuat
mobil balap kita jadi tergelincir & keluar dari track balap dan menabrak
pagar. Akhirnya kita tidak menjadi juara, padahal kita telah memulainya dg
baik, namun mengakhirnya dg buruk.
Prinsip diataslah yg harus menjadi cara pandang kita sebagai orang yg percaya kepada Tuhan, yaitu mengawali dengan sesuatu yg baik dan mengakhiri dengan sesuatu yg lebih baik, bagi kemuliaan Tuhan.
Prinsip diataslah yg harus menjadi cara pandang kita sebagai orang yg percaya kepada Tuhan, yaitu mengawali dengan sesuatu yg baik dan mengakhiri dengan sesuatu yg lebih baik, bagi kemuliaan Tuhan.
Biasanya bersemangat di
awal selalu berkobar kobar dan
mengandalkan Tuhan, namun seiring berjalannya waktu sudah tidak lagi mengandalkan
Tuhan, melainkan mengandalkan & membanggakan diri sendiri dan menjadi
sesorang yg tidak sabaran dalam bertindak & sembrono, menuruti hasrat
hatinya & mengambil keputusan sesuai dg apa saja yg dipandangnya baik.
Contohnya adalah raja Salomo.
Pada awalnya dia bersungguh-sungguh hidup menuruti teladan raja Daud ayahnya yg
taat & setia kepada Tuhan. Dia hidup takut akan Tuhan dan hidup menuruti
firman & perintahNya. Tetapi ternyata pada akhir hidupnya dia berubah:
menjadi seorang raja yg kaya raya, berkuasa, tetapi lupa akan Tuhan. Dia tidak
berhati-hati, tidak sabaran dan tinggi hati menuruti pemikiran & keinginannya
saja, mengambil banyak istri dan gundik. Dan selain menyembah & beribadah
Tuhan Allah Israel saja, dia juga hidup menyembah & beribadah pada
dewa-dewa dari para istri-istrinya. Sehingga ketika dia mati kerajaan Israel terpecah
menjadi dua. Dengan demikian hikmat Tuhan yg diperolehnya dan ditulisnya dalam
kitab Pengkhotbah 7:8 telah terjadi atas hidupnya sendiri.
Mungkin dalam hari-hari
dan tahun-tahun yg telah kita lewati, ada banyak kegagalan di berbagai bidang kehidupan
kita. Namun janganlah semua itu membuat kita jadi lemah & patah semangat,
lalu kecewa dan meninggalkan Tuhan. Sebaliknya tetaplah yakin bahwa bersama
Tuhan masih ada kesempatan untuk memperbaikinya & berjuang lagi untuk menjadi
lebih baik.
Bagi kita yg belum mengawali dengan sesuatu yg baik, maka masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.
Dan bagi kita yg sudah mengawalinya dengan baik, berjuanglah sampai akhir & menjadi lebih baik. Jadilah orang-orang yg taat & setia percaya kepada Tuhan sampai akhir. Yang menjaga kekudusan & bertobat dan hidup berkenan kepada Tuhan, sampai Ia datang kembali.
Bagi kita yg belum mengawali dengan sesuatu yg baik, maka masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.
Dan bagi kita yg sudah mengawalinya dengan baik, berjuanglah sampai akhir & menjadi lebih baik. Jadilah orang-orang yg taat & setia percaya kepada Tuhan sampai akhir. Yang menjaga kekudusan & bertobat dan hidup berkenan kepada Tuhan, sampai Ia datang kembali.
Doa kami:
Tuhan Yesus, tolonglah
kami untuk dapat terus bertahan hidup taat & setia percaya kepadaMu, dan
berkenan kepadaMu sampai akhirnya. Amin