“Kukatakan
ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam
segala keadaan”. (Filipi 4:11)
Sudahkah
kita belajar mencukupkan diri kita dalam segala keadaan...?
Ketika kita bekerja di kantor dg nyaman, gaji besar, posisi bagus, jadi bos kecil, tidak ditarget apa-apa oleh perusahaan, setiap akhir bulan terima gaji, setiap tahun bisa merencanakan cuti/jalan-jalan dg keluarga... dll. Tetapi bukannya mencukupkan diri kita dg gaji kita dan bersyukur kepada Tuhan yg sudah memberikan kita pekerjaaan yg bagus (Lukas 3:14), malahan kita terus ber-angan-angan ingin menjadi pengusaha, wiraswasta/entrepreuneur. Sebab kelihatannya lebih banyak duitnya, tidak diperintah oleh bos siapa-siapa, lebih gengsi dll.
Lalu ketika
kita sudah jadi pengusaha, ternyata tidak selalu ada pemasukkan yg teratur
setiap bulannya. Kadang-kadang terima
untung, tetapi seringkali lebih banyak ruginya jadi malahan mesti tombok & keluar
uang. Apalagi ketika keadaan ekonomi resesi seperti tahun-tahun terakhir ini, usaha/dagangan
kita tidak laku. Padahal gaji untuk karyawan terus mesti dibayar, dan setiap
tahun para karyawan selalu menuntut kenaikkan gaji dll.
Demikian
juga ketika kita hidup di kota, punya pekerjaan rutin, banyak kegiatan & kesibukkan, tapi kalau kemana-mana macet, padat penduduknya sebab ada banyak perkantoran, departemen store & tempat makan minum, hiburan dll ; dalam keadaan spt itu kita merindukan suatu kehidupan yg lebih nyaman
tenteram di daerah pedesaaan yg tidak terlalu sibuk & macet, ada udara
segar & sehat, pemandangan alami dll.
Tetapi sesudah
kita pindah & tinggal di daerah pedesaan, sulit untuk cari uang/nafkah dan
jarang ada peluang bisnis dll. Di malam hari kehidupan pedesaan terasa kurang
aman, sebab jarang ada lampu jalanan ; malam terasa gelap gulita, tidak
ada departemen store, jarang ada tempat hiburan indoor seperti bioskop, kafe, restoran
dll, jarang ada salon rambut atau kecantikkan yg bagus dll. Dan setelah kelamaan
hidup di kawasan pedesaan, kita jadi bosan dan ingin kembali pindah ke kota.
Dulu ketika masih
bujang, kita mengeluh ingin menikah. Lalu ketika sudah berkeluarga, kita mengeluh
ingin punya anak. Setelah punya anak, kita mengeluh betapa beratnya biaya hidup
dan pendidikan... dll.
Ketika tidak punya anak, kita ingin dikaruniai satu anak saja oleh Tuhan. Setelah dikasih anak oleh Tuhan , maka kita terus tak henti-hentinya bersyukur kepadaNya. Tetapi ketika dikasih tambahan anak lagi, lebih dari satu orang anak oleh Tuhan, dan semuanya adalah anak-anak perempuan; maka sekarang kita sulit untuk dapat bersyukur lagi kepada Tuhan, sebaliknya kita akan mengeluh kepada Tuhan: Kenapa dikasih anak perempuan lagi ?
Ternyata sesuatu
yg belum kita miliki itu atau belum menikmatinya, selalu kelihatannya indah
& menarik. Tetapi kalau sudah memilikinya & menikmatinya, kita merasa
bosan dan jenuh akan semuanya. Untuk itu ikutilah teladan yg telah dilakukan
oleh rasul Paulus, marilah kita belajar untuk menjadi orang yg bisa merasa puas diri,
yaitu: Jadilah pribadi yang selalu
bersyukur kepada Tuhan dalam segala keberadaaan kita dan cukupkanlah diri kita dg
apa yg ada pada kita. (Ibrani 13:5)
Syukurilah
apa yg kita sudah alami atau miliki,
dan jadikanlah itu sebagai dasar untuk memuliakanNya.
Doa kami:
Tuhan Yesus,
tolonglah kami agar kami dapat selalu mencukupkan diri kami dg apa yg ada pada
kami. Amin