"Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu. Dan jangan kamu lupa memberi kebaikan kepada sesama, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.” (Ibrani 13:1-2)
Dalam Alkitab terjemahan bahasa inggris versi NKJV nas tersebut diatas ditulis: “Let brotherly love continue. Do not forget to entertain strangers, for by so doing some habe unwittingly entertained angels”.
Berkaitan dg nas tersebut diatas, ada suatu kisah yg disampaikan kepada kami oleh seorang teman yg diambilnya dari facebook. Tidak dijelaskan apakah kisah ini suatu peristiwa yg benar-benar terjadi atau cerita saja, yg ditulis hanya bahwa kisah ini tidak terjadi di gereja, melainkan di suatu toko butik pakaian mahal di luar negeri. Mungkin ada diantara kita pembaca renungan ini sudah pernah membacanya, tetapi ada baiknya kita merenungkan maknanya supaya kita tidak mudah menghakimi sesama dan tidak lupa memberikan kebaikkan bagi sesama.
Ada seorang pengemis wanita yang dikenal dengan sebutan “Bag Lady”, karena segala harta-bendanya hanya dimuat dalam sebuah tas yang dia jinjing kemana-mana sambil mengemis. Pada suatu hari dia memasuki sebuah Toko butik yg menjual pakaian wanita yang mahal & bermerek. Hari-hari itu adalah menjelang hari Natal dan toko itu dihias dengan indah dan lantainya juga dilapisi karpet yang baru & bagus.
Pengemis ini tanpa ragu-ragu memasukinya meskipun bajunya kotor dan berlubang-lubang, dan mungkin juga badannya berbau karena lama tidak mandi. Namun pada saat itu, kebetulan juga ada seorang pendeta yg mengikutinya dari belakang. Dia berminat membantu pengemis ini, sebab pikirnya kalau-kalau nanti petugas sekuriti toko butik itu mengusirnya, sebab kehadirannya itu akan mengganggu kenyamanan para pelanggan lainnya yang ada di toko itu. Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu. Tidak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya, meskipun para pelanggan lainnya berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang bagus-bagus. Keadaan & suasana di toko itu sungguh tidak cocok bagi si pengemis wanita itu, dia seperti orang asing saja layaknya disana, tetapi dia berjalan terus dan diikuti oleh pendeta itu.
Rupanya pengemis itu mencari sesuatu dibagian Gaun Wanita. Dia mendatangi counter yang memajang gaun-gaun mahal bermerek yg berharga diatas ribuan us dollar per bajunya. Lalu datanglah si pemilik toko kepadanya dan bertanya, “Apa yang dapat saya bantu untuk anda ?” “Saya ingin mencoba gaun merah muda itu, jawab si bag lady"
Kalau kita berada di posisi sebagai pemilik toko itu, mungkin kita akan melarangnya untuk mencobanya, sebab gaun-gaun mahal itu akan jadi ikut bau & kotor, dan kalau ada pelanggan lain yang melihatnya akan jijik dan tidak mau membeli gaun yg telah dipakainya. Tetapi pemilik toko itu menjawab: “Berapa ukuran yang anda perlukan ? Tidak tahu, jawab si bag lady! Baiklah, mari saya ukur dulu, kata si pemilik toko”. Lalu pemilik toko itu mendekatinya dan mengukur bahu, pinggang, dan panjang badannya. Meskipun bau ketika dia berdekatan dengan pengemis ini, tapi pemilik toko ini acuh saja. Dia layani pengemis ini seperti seorang pelanggan terhormat lainnya yang mengunjungi counternya. Setelah didapatkannya gaun yg cocok dg ukurannya dan sesuai dg model yg diinginkan oleh si bag lady. Dia persilahkan gaun itu utk di coba oleh pengemis itu. Tetapi ternyata gaun itu kurang cocok bagi pengemis itu, lalu dia bertanya: "Apakah saya boleh mencoba gaun yg lainnya dan si pemilik toko menjawab permintaan si pengemis dan berkata: Oh, tentu!"
Setelah sekian lama pemilik toko ini menghabiskan waktunya untuk melayani pengemis itu, ternyata si bag lady tidak membeli salah satupun dari gaun yang dicobanya, sebab gaun yg mahal itu tidak mampu dibelinya. Lalu pengemis itu pergi begitu saja, tetapi dengan kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia dan hari itu ada seorang pemilik toko yang mau melayaninya, dan menganggapnya seperti para tamu terhormat lainnya.
Pendeta yg melihatnya itu menjadi heran dan bertanya kepada pemilik toko tsb : “Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini ?” Jawab pemilik toko itu:“Oh, itu memang tugas saya adalah melayani tamu dan berbuat dg sebaik-baiknya“. Tetapi, anda kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal ini? Lalu jawab si pemilik toko: Maaf, soal itu bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya adalah untuk melayani tamu-tamu saya dan berbuat yg sebaik-baiknya bagi mereka.”
Pendeta ini terkejut mendengar jawaban ini. Di dunia yang penuh dg keegoisan ini ternyata masih ada orang-orang yang mau melayani dan berbuat baik, tanpa perlu membedakan atau menghakimi orang lain. Dan juga mau melayani pengemis yg hina ini sama baiknya seperti terhadap tamu terhormat lainnya.
Kemudian pendeta ini membawakan kisah ini dalam khotbahnya pada hari Minggu. Dan ternyata khotbahnya ini telah menyentuh hati banyak orang yg mendengarnya, serta kemudian kisah ini diberitakan di halaman-halaman surat kabar di kota itu. Berita itu juga rupanya menggugah banyak orang, sehingga mereka juga ingin dilayani di toko ini. Pengemis wanita itu tidak membeli apa-apa & tidak memberi keuntungan apa-apa, tetapi akibat perlakuan istimewa si pemilik toko kepadanya ; maka hasil penjualan toko itu meningkat drastis. Sehingga pada bulan itu keuntungannya naik hampir 50 % !
Melalui pelayanan & kebaikkan yg dg tulus dilakukan oleh si pemilik toko ini, ternyata tanpa diketahuinya dia telah menjamu malaikat, sehingga tokonya jadi ramai dan laris.
Doa kami:
Tuhan Yesus tolonglah kami untuk tidak menghakimi & mampu memberi kebaikkan kepada sesama. Amin