“Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila
saudara-saudara diam bersama dg rukun”! Mazmur 133:1)
Seandainya dalam suatu rumah tangga, masing-masing anggota
keluarga selalu berbeda pendapat dan tidak mau saling mengalah, tidak mau saling membantu, tidak mau saling memaafkan dan terus
bertengkar, misalnya antara suami dan istri atau orang tua dg anak dll ; maka suasana
dalam rumah tangga itu, pasti tidak akan
ada damai bagi para anggota keluarganya. Ketika bertemu-pun, mungkin mereka tidak mau saling sapa atau
saling tegor. Dan kalaupun menjawab hanya dingin dan singkat-singkat saja : Ya,
atau tidak, atau tidak tahu, atau terserah kamu saja, atau silahkan saja….dll.
Tempat tinggal mereka telah mereka jadikan seperti suatu neraka yg membuat semua
orang yg ada didalamnya jadi susah dan menderita. Kalau memungkinkan, tentunya
masing-masing anggota keluarga inginnya kabur saja meninggalkan tempat tinggal
mereka itu dan mencari kebahagiaan mereka masing-masing di luar rumah tanga
mereka.
Demikian juga hal yg sama berlaku bagi kita semua yg diam bersama dalam suatu lingkungan, desa, kota, negara atau bertugas sepelayanan di gereja dll. Kita sebagai sesama anggota lingkungan, desa, kota, pulau, negara dll, janganlah kita hidup dalam pertengkaran, tidak mau saling mengalah, tidak mau saling memahami atau membantu dan tidak mau saling mamaafkan.Sebab kalau demikian sebenarnya kita kita sudah menjadikan lingkungan, desa, kota dan negara kita menjadi neraka.
Demikian juga hal yg sama berlaku bagi kita semua yg diam bersama dalam suatu lingkungan, desa, kota, negara atau bertugas sepelayanan di gereja dll. Kita sebagai sesama anggota lingkungan, desa, kota, pulau, negara dll, janganlah kita hidup dalam pertengkaran, tidak mau saling mengalah, tidak mau saling memahami atau membantu dan tidak mau saling mamaafkan.Sebab kalau demikian sebenarnya kita kita sudah menjadikan lingkungan, desa, kota dan negara kita menjadi neraka.
Suatu contoh dalam kehidupan suatu keluarga :
Ada seorang laki2 kaya non kristen, yg sudah menikah dan
punya satu orang anak laki-laki, tetapi beberapa tahun kemudian istrinya
meninggal terkena suatu penyakit. Lalu setelah sekian waktu lamanya menduda,
dia menikah lagi dg seorang pemudi cantik yg berusia 25 th, sedangkan laki2
kaya itu yg saat itu sudah berusia sekitar 45 tahun dan anak laki2nya
dari istri pertama almarhum sudah berusia sekitar 11 tahun. Dari istrinya yg
kedua, dia punya seorang anak laki2 juga. Beberapa puluh tahun kemudian anak pertamanya
yg sekarang sudah dewasa dan anak keduanya yg sedang belajar
kedokteran di salah satu universitas. Si suami ingin supaya anak dari istri
pertamanya menjadi pewaris dari perusahaannya dan anak keduanya menjadi seorang
dokter spesialis kulit & kecantikkan. Sedangkan si istri ingin agar anaknya
yg menjadi pewaris perusahaan suaminya. Hal inilah yg selalu menjadi permasalahan bagi keduanya, dan membuat suaminya susah & tidak berbahagia, padahal dia
kaya raya. Sehingga pada suatu saat si suami itu berkata dengan sangat menyesal dihadapan
istri dan anak2nya bahwa Kebahagiaan itu, sebenarnya bukanlah ada dalam banyaknya uang
& harta kekayan, melainkan kebahagiaan itu ada dalam rumah tangga yg
biasa-biasa saja; tetapi hidup mereka rukun yaitu saling mengasihi & memahami, saling tolong menolong, saling memaafkan dan sehati.
Tentunya penyesalan yg semacam ini tidak perlu terjadi dalam
hidup kita, sebab sebagai orang-orang yg sudah percaya dan mengenal Tuhan, sebenarnya
kita sudah bisa tahu tentang hal ini sejak awal pengenalan kita akan Tuhan, dalam renungan,
pembacaan & pendalaman Alkitab, khotbah dan dalam beribadah dll. Antara lain
dalam nas diatas Tuhan telah mengajarkan kepada kita umatNya tentang bagaimana
caranya hidup yg baik, indah & diberkati
! (Mazmur 133:1-3)
Dengan selalu berusaha hidup sesuai firman Tuhan, saling memahami & mengasihi, saling tolong menolong dan saling memaafkan dg pasangan
hidup kita dan anak-anak kita, maka hidup kita sekeluarga akan rukun. Dan hidup umatNya yg seperti itulah yang baik, indah dan berkenan kepada Tuhan. Dan kesanalah Tuhan memerintahkan berkat, kebahagiaan dan kehidupan. (Mazmur 133:3)
Seandainya, sekarang kita sudah terlanjur hidup dalam pertengkaran dg pasangan kita dan dg anak-anak kita; maka hal itu masih belum terlambat. Janganlah keraskan
hati kita, melainkan segeralah bertobat & berdamai dg pasangan hidup kita
dan anak2 kita. Janganlah kita malu, ragu, atau takut untuk meminta ampun atau maaf
kepada mereka. Dan kalaupun sumber pertengkaran itu bukanlah kesalahan kita, tetapi hal itu tidak perlu jadi
masalah ; melainkan tetap kasihilah mereka dan rendahkan hati kita dihadapan Tuhan &
dihadapan mereka, sebab kita-pun pasti ada banyak kesalahan yg lainnya.
Mungkin saja “pengampunan ataupun maaf” yg diharapkan, tidak
dapat kita peroleh dalam waktu yg singkat, namun janganlah kita putus asa. Hiduplah terus dalam pertobatan dg pembaharuan budi kita Nanti pada saatnya Ia pasti akan mendamaikan dan mengampuni kita sekeluarga serta memulihkan hidup kita.
Doa kami:
Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau sudah mengajarkan kami tentang
bagaimana caranya hidup yg baik, indah & diberkati. Untuk itu tolonglah
kami agar dapat mempraktekkannya. Amin