"Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan" (Lukas 17:10)
Firman Tuhan mengatakan bahwa hamba yang setia adalah hamba yang tunduk & tulus melakukan apa yang harus dilakukannya kepada tuannya. Sebab pengertian “hamba” disini bukanlah sebagai “pelayan atau pegawai atau karyawan”. Kalau sebagai pelayan atau pegawai atau karyawan, maka selain mempunyai “kewajiban”, mereka juga mempunyai “hak”. Mereka mempunyai hak untuk menerima gaji yang sesuai dengan kesepakatan terlebih dahulu antara mereka dengan tuannya. Selain itu mereka juga masih mempunyai hak-hak lainnya. Misalnya hak untuk cuti, hak untuk minta kenaikkan gaji rutin secara berkala, mempunyai hak asasi manusia. Jikalau Tuannya tidak membayar gaji , maka mereka berhak untuk meminta / menuntutnya atau berhenti bekerja, kalau tidak dikasih cuti mereka berhak untuk meminta uang penggantian, kalau diperlakukan dengan sewenang-wenang mereka juga berhak untuk melapor/mengadukannya kepada pihak yang berwajib dan lain-lain.
Tetapi seorang hamba tidaklah mempunyai “hak” apa-apa. Mereka adalah seorang budak yang hanya punya “kewajiban”. Sebab mereka sudah dibeli & dibayar lunas oleh majikkannya dari pasar budak. Jadi mereka itu ibaratnya adalah seperti barang yang boleh diperjual belikan saja. Dan juga boleh diperlakukan sesuka hati majikkannya sebagi pemiliknya. Kalau majikkannya baik hati dan mengizinkan dia menikah, maka pasangan hidupnya dan anak mantu keturunannya juga otomatis akan menjadi milik majikannya itu.
Jadi yang dituntut dari seorang hamba/budak adalah tunduk, tulus dan setia dalam melayani tuannya. Jikalau tuannya berkata: saya akan pulang malam hari ini, tetapi tidak tahu jam berapa, maka hamba nya itu harus terus setia menunggu kedatangan tuannya sampai dia datang, meskipun sampai larut lewat tengah malam menjelang pagi. Lalu kalau tuannya lapar dan minta makan saat itu, maka dia juga harus tunduk & tulus mempersiapkannya & melayaninya, tanpa mengeluh, mengomel dan lain-lain.
Untuk itu, mungkin kisah singkat dibawah ini akan dapat memudahkan kita untuk merenungkannya.
Sejak menikah dengan Rommy, Linda selalu menjaga perannya sebagai isteri yang tunduk, taat, setia dan mau melayani. Demikian juga setelah memiliki 3 orang anak, Linda semakin memiliki tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya. Setiap pagi hari dia selalu bangun pukul 4:30, untuk menyiapkan makanan bagi suami & anak-anaknya. Lalu mengantar dan menjemput anak-anaknya pulang dari sekolah, dan mengajar/mendidik anak-anaknya dan lain-lain.
Tetapi perilaku Rommy malah sebaliknya, rumah hanya dijadikannya sebagai tempat untuk numpang tidur & makan saja yaitu seperti hotel layaknya. Dia tidak pernah memperhatikan isteri dan ketiga anak-anaknya.
Tetapi 15 tahun kemudian, ketika Rommy sedang bermain golf, Linda ditelpon bahwa suaminya mengalami kelumpuhan dan sekarang sudah berada di rumah sakit. Lalu Linda dan ketiga anaknya segera datang ke rumah sakit untuk menjenguknya. Setelah mereka bertemu dengan Rommy, lalu Rommy menangis dan berkata kepada istrinya : "Linda, kamu memang adalah seorang ibu dan isteri yang setia. Maafkan suamimu ini, karena belum bisa menjadi suami dan ayah yang baik".Jawab Linda : "Mas….sejak kita menikah, saya hanya tunduk, tulus & setia menjalankan apa yang telah kita ucapkan dalam janji pernikahan di hadapan Tuhan, pastor dan semua jemaat di gereja saat itu".
Doa kami :
Tuhan Yesus, mampukanlah kami untuk dapat menjadi hambaMu yang tunduk, tulus, setia dan melayaniMu dengan segenap jiwa dan kekuatan kami. Amin.