
Dalam nats diatas Yesus telah memberikan suatu contoh/teladan bagi kita: Bagaimana melayani dan hidup dengan segala kerendahan hati dan taat. Ada satu pertanyaan Yesus yang menarik kepada murid-muridNya, setelah melakukan pembasuhan kaki itu: Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? (Yohanes 13:12) Untuk dapat menjawab pertanyaan itu, maka marilah kita sekarang merenungkannya bersama.
Dalam kitab Filipi 2:5-8 dikatakan bahwa Meskipun dalam rupa Allah yaitu sebagai Anak Tunggal yang dikasihi Allah, Yesus Kristus tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah itu sebagai milik/status yang harus dipertahankan. Dia rela mengosongkan diriNya/melepaskan statusNya itu, dan Ia bersedia secara suka-rela mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaanNya sebagai manusia, Ia telah melayani manusia dengan tulus, rendah hati dan taat kepada Allah Bapa di sorga. Bahkan Ia telah sedemikian rupa merendahkan diriNya, menderita berbagai macam sakit penyakit, penderitaan, kemiskinan, penghinaan, menanggung semua kutuk yang seharusnya ditimpakan atas kita, dan Ia rela taat sampai mati memikul semuanya itu di kayu salib sebagai korban penebus dosa kita. (Filipi 2:5-8)
Setelah kita bertobat, percaya dan menerima Yesus Kristus, sebagai Allah, Raja dan Juruselamat kita, maka kita diangkat/diadopsi menjadi anak-anak Allah.
Pertanyaanya sekarang, dalam hidup kita mengikut Tuhan, apakah kita mau mempertahankan posisi/status kita sebagai anak-anak Allah atau mau dengan suka-rela menjadi hamba-hamba Allah seperti yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus dalam nats diatas ? "Hamba" disini dalam bahasa aslinya bukanlah berarti "pelayan (servant)", melainkan "budak (slave)".
Kalau status/posisi sebagai pelayan, maka kita masih mempunyai hak, selain kewajiban. Apabila gaji bulanannya tidak memadai, maka kita berhak untuk minta berhenti kerja, atau minta naik gaji kepada Tuan/Majikan kita.
Sebaliknya kalau sebagai hamba atau budak, maka kita tidak punya hak apapun, selain kewajiban. Kita diperlakukan sebagai suatu harta benda milik kepunyaan Tuan/Majikan kita, yang bisa diperjual-belikan oleh mereka atau diperlakukan/dipekerjakan semau mereka sepanjang umur hidup kita, tanpa bisa protes apapun juga. Apakah kita akan dikasih makan 1 x sehari atau 3 x sehari ? atau akan dikasih sedikit waktu untuk istirahat/cuti atau tidak ? atau akan dikasih uang jajan atau tidak? Semuanya kita harus terima apa adanya.
Dalam perjalanan iman kita sebagai orang kristen, apabila misalnya kita melayani Tuhan sebagai pemain musik di gereja, otomatis kita harapkan bahwa pastor/pendeta/jemaatNya akan berterima kasih/beri perhatian/berikan sedikit imbalan ganti uang transport/makan kita. Tetapi kalau ternyata pada kenyataannya, kita mesti bayar sendiri semuanya itu, bahkan ucapan terima kasih pun tidak ada. Maka dengan mudahnya kita akan menjadi kecewa, marah dan tidak mau melayani Tuhan lagi. Itu artinya kita statusnya masih anak Allah dan belum meningkat menjadi hamba Allah.
Atau misalnya: Ketika kita dalam kesulitan, berdoa meminta jalan keluarnya kepada Allah dalam nama Yesus Kristus, maka kita percaya bahwa Allah Bapa di sorga akan mengabulkannya dan segera memberi kita jalan keluarnya. Tetapi apabila nanti dalam kenyataannya, ternyata doa kita belum/tidak dijawab Tuhan, maka dengan mudahnya kita akan kecewa, marah kepada Tuhan, berontak dan melupakanNya, lalu mencari solusi/pertolongan dari orang lain atau dari allah-allah lain.
Dalam hal ini selain kita menyakiti hati Tuhan, sesungguhnya kita ini statusnya masihlah sebagai "anak Allah", yang manja, tidak sabaran dan tahunya beres saja, yang penting kebutuhan/keinginan kita dipenuhi. Apakah Allah Bapa kita sedang/masih berusaha untuk itu, kita tidak mau tahu atau sabar menungguNya.
Dengan contoh dalam nats diatas, Tuhan ingin agar kita bukan hanya menjadi anak-anak Allah, melainkan juga menjadi hamba-hamba Allah, yang dengan tulus, rendah hati dan taat kepada Tuhan dan rencanaNya, dalam menjalani hidup ini.
Dengan kehadiran Roh Kudus sebagai Pemimpin, Penolong dan Penghibur, kita akan mampu menerima/menghadapi apapun yang terjadi atas kita dengan taat/tidak berontak/tidak kecewa, dan dengan rendah hati berserah kepada Allah, bagi kemuliaanNya. Karena kita percaya bahwa Ia selalu bersama kita dan memelihara kita hamba-hambaNya.
Doa kami :
Tuhan Yesus, mampukanlah kami untuk mengikuti teladanMu yaitu menjadi hambaMu yang taat dan rendah hati dan menyenangkan hatiMu. Amin
Dalam kitab Filipi 2:5-8 dikatakan bahwa Meskipun dalam rupa Allah yaitu sebagai Anak Tunggal yang dikasihi Allah, Yesus Kristus tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah itu sebagai milik/status yang harus dipertahankan. Dia rela mengosongkan diriNya/melepaskan statusNya itu, dan Ia bersedia secara suka-rela mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaanNya sebagai manusia, Ia telah melayani manusia dengan tulus, rendah hati dan taat kepada Allah Bapa di sorga. Bahkan Ia telah sedemikian rupa merendahkan diriNya, menderita berbagai macam sakit penyakit, penderitaan, kemiskinan, penghinaan, menanggung semua kutuk yang seharusnya ditimpakan atas kita, dan Ia rela taat sampai mati memikul semuanya itu di kayu salib sebagai korban penebus dosa kita. (Filipi 2:5-8)
Setelah kita bertobat, percaya dan menerima Yesus Kristus, sebagai Allah, Raja dan Juruselamat kita, maka kita diangkat/diadopsi menjadi anak-anak Allah.
Pertanyaanya sekarang, dalam hidup kita mengikut Tuhan, apakah kita mau mempertahankan posisi/status kita sebagai anak-anak Allah atau mau dengan suka-rela menjadi hamba-hamba Allah seperti yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus dalam nats diatas ? "Hamba" disini dalam bahasa aslinya bukanlah berarti "pelayan (servant)", melainkan "budak (slave)".
Kalau status/posisi sebagai pelayan, maka kita masih mempunyai hak, selain kewajiban. Apabila gaji bulanannya tidak memadai, maka kita berhak untuk minta berhenti kerja, atau minta naik gaji kepada Tuan/Majikan kita.
Sebaliknya kalau sebagai hamba atau budak, maka kita tidak punya hak apapun, selain kewajiban. Kita diperlakukan sebagai suatu harta benda milik kepunyaan Tuan/Majikan kita, yang bisa diperjual-belikan oleh mereka atau diperlakukan/dipekerjakan semau mereka sepanjang umur hidup kita, tanpa bisa protes apapun juga. Apakah kita akan dikasih makan 1 x sehari atau 3 x sehari ? atau akan dikasih sedikit waktu untuk istirahat/cuti atau tidak ? atau akan dikasih uang jajan atau tidak? Semuanya kita harus terima apa adanya.
Dalam perjalanan iman kita sebagai orang kristen, apabila misalnya kita melayani Tuhan sebagai pemain musik di gereja, otomatis kita harapkan bahwa pastor/pendeta/jemaatNya akan berterima kasih/beri perhatian/berikan sedikit imbalan ganti uang transport/makan kita. Tetapi kalau ternyata pada kenyataannya, kita mesti bayar sendiri semuanya itu, bahkan ucapan terima kasih pun tidak ada. Maka dengan mudahnya kita akan menjadi kecewa, marah dan tidak mau melayani Tuhan lagi. Itu artinya kita statusnya masih anak Allah dan belum meningkat menjadi hamba Allah.
Atau misalnya: Ketika kita dalam kesulitan, berdoa meminta jalan keluarnya kepada Allah dalam nama Yesus Kristus, maka kita percaya bahwa Allah Bapa di sorga akan mengabulkannya dan segera memberi kita jalan keluarnya. Tetapi apabila nanti dalam kenyataannya, ternyata doa kita belum/tidak dijawab Tuhan, maka dengan mudahnya kita akan kecewa, marah kepada Tuhan, berontak dan melupakanNya, lalu mencari solusi/pertolongan dari orang lain atau dari allah-allah lain.
Dalam hal ini selain kita menyakiti hati Tuhan, sesungguhnya kita ini statusnya masihlah sebagai "anak Allah", yang manja, tidak sabaran dan tahunya beres saja, yang penting kebutuhan/keinginan kita dipenuhi. Apakah Allah Bapa kita sedang/masih berusaha untuk itu, kita tidak mau tahu atau sabar menungguNya.
Dengan contoh dalam nats diatas, Tuhan ingin agar kita bukan hanya menjadi anak-anak Allah, melainkan juga menjadi hamba-hamba Allah, yang dengan tulus, rendah hati dan taat kepada Tuhan dan rencanaNya, dalam menjalani hidup ini.
Dengan kehadiran Roh Kudus sebagai Pemimpin, Penolong dan Penghibur, kita akan mampu menerima/menghadapi apapun yang terjadi atas kita dengan taat/tidak berontak/tidak kecewa, dan dengan rendah hati berserah kepada Allah, bagi kemuliaanNya. Karena kita percaya bahwa Ia selalu bersama kita dan memelihara kita hamba-hambaNya.
Doa kami :
Tuhan Yesus, mampukanlah kami untuk mengikuti teladanMu yaitu menjadi hambaMu yang taat dan rendah hati dan menyenangkan hatiMu. Amin