
Terkadang kesibukan yang tidak bisa kita hindari setiap harinya, menjadi alasan klasik bagi kebanyakan orang tidak punya waktu untuk serius mengikut Tuhan. Maunya kita kehendaki setiap hari ada waktu luang untuk Tuhan, tetapi tuntutan kebutuhan tidak bisa kita kompromi. Seseorang berkata: Bukan saya tidak mau beribadah/bersaat teduh, tetapi saya tidak bisa. Begitulah hidup kita yang tidak selalu berjalan menurut apa yang kita mau.
Nah, sikap dan situasi seperti itu sangat mengganggu persekutuan dan saat teduh pribadi kita dengan Tuhan dan lama-lama rohani kita akan menjadi kering seperti sebatang pohon yang kekurangan air. Nats diatas menasihati kita menyikapi bagaimana kita saat teduh dengan Tuhan, ditengah-tengah kesibukan yang begitu padat.
Pertama. Kita sisihkan waktu untuk Tuhan dan bukan disisakan. Pengertian antara "disisihkan" dengan "disisakan" berbeda. Kalau disisihkan, pengertiannya: Kita punya waktu satu hari semalam ( 24 jam), nah sisihkan dulu 15 menit untuk berdoa pada Tuhan, waktu selanjutnya baru kita pergunakan untuk kegiatan rutinitas kita. Tetapi kalau "disisakan" pengertiannya: kita pakai dulu waktu yang 24 jam tersebut untuk kegiatan hari-hari, kalau ada sisanya baru kita pakai untuk Tuhan. Dengan kata lain: "Disisihkan = didahulukan", sedangkan "disisakan adalah sebaliknya yaitu kalau ada sisa waktu".
Kedua. Tentukan skala Prioritas. Ini masalah kesadaran akan hakekat kehidupan. Suatu saat saya menantang jemaat dengan berkata: Kalau anda tidak memprioritaskan Tuhan dari segala-galanya, jangan ikut-ikut bernyanyi dengan lagu: "Yang terutama didalam hidup ini meninggikan nama Yesus. dst. Reff: haleluya-haleluya, saya mau cinta Yesus". Setelah selesai ibadah, salah seorang datang pada saya: Pak! Saya merasa bersalah selama ini saya suka lagu itu, tetapi tidak pernah saya menempatkan Tuhan sebagai prioritas dalam segala tindakan saya.
Tuhan memberi kita waktu 24 jam sehari semalam tidak lebih dan tidak kurang. Tetapi kalau kita tidak punya waktu untuk sesuatu yang sangat penting yaitu bersaat teduh dengan Tuhan, itu namanya bukan karena kita kekurangan waktu, melainkan karena kegagalan kita mengatur skala prioritas, mana yang perlu didahulukan dan mana yang boleh dikemudiankan.
Ketiga. Kita harus memiliki tekad dan niat yang kuat. Memang karena terlalu capek, kadang-kadang kita terlambat bangun, dengan waktu yang buru-buru, ada tugas diluar kota seharian penuh, malam hari juga kalau pulang kerumah sudah larut malam dan badan sudah sangat lelah. Lalu bagaimana kita menyikapi saat yang terpenting yaitu persekutuan pribadi kita dengan Tuhan ?
Ada pepatah mengatakan "Dimana ada kemauan, disitu ada jalan". Kalau sudah ada kemauan, maka jalan keluar pasti ditemukan. Kunci utamanya adalah tekad dan niat dalam hati. Caranya adalah cari waktu disela-sela padatnya kesibukan hari itu, misalnya pada saat di mobil/di kendaraan umum menuju ke kantor juga kita bisa berdoa dalam hati.
Jadi sekali lagi hal ini tergantung pada tekad dan niat seseorang. Saran saya adalah dalam situasi apapun, tetap luangkanlah waktu bagi Tuhan. Karena hari-hari ini adalah jahat. Kalau kita tidak dekat dengan Tuhan dan berjalan bersama Dia setiap harinya, maka kita akan mudah sekali jatuh dalam berbagai godaan, pencobaan, berkata sia-sia / kotor / dusta / fitnah, mencuri, kemarahan, pertengkaran, percabulan dan lain lain, dimana pada akhirnya semua itu akan membuat kita kehilangan damai sejahtera Tuhan dan akan membawa kita kepada penderitaaan dan sengsara.
Ingatlah akan firman Tuhan dalam kitab Yohanes 14:5-6 yang mengatakan: Kalau kita diluar Tuhan atau jauh dari Tuhan, maka kita tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak mungkin kita berkenan kepada Tuhan. Karena kita akan dibuang seperti ranting yang kering, dikumpulkan dan dicampakkan kedalam api, lalu dibakar.
Doa kami :
Tuhan Yesus, Engkaulah segala-galanya bagi kami, untuk itu ingatkanlah kami akan jam-jam persekutuan kami dengan Engkau, karena kekuatan dalam menjalani kehidupan ini hanya kami dapatkan didalam Engkau Tuhan. Amin
Nah, sikap dan situasi seperti itu sangat mengganggu persekutuan dan saat teduh pribadi kita dengan Tuhan dan lama-lama rohani kita akan menjadi kering seperti sebatang pohon yang kekurangan air. Nats diatas menasihati kita menyikapi bagaimana kita saat teduh dengan Tuhan, ditengah-tengah kesibukan yang begitu padat.
Pertama. Kita sisihkan waktu untuk Tuhan dan bukan disisakan. Pengertian antara "disisihkan" dengan "disisakan" berbeda. Kalau disisihkan, pengertiannya: Kita punya waktu satu hari semalam ( 24 jam), nah sisihkan dulu 15 menit untuk berdoa pada Tuhan, waktu selanjutnya baru kita pergunakan untuk kegiatan rutinitas kita. Tetapi kalau "disisakan" pengertiannya: kita pakai dulu waktu yang 24 jam tersebut untuk kegiatan hari-hari, kalau ada sisanya baru kita pakai untuk Tuhan. Dengan kata lain: "Disisihkan = didahulukan", sedangkan "disisakan adalah sebaliknya yaitu kalau ada sisa waktu".
Kedua. Tentukan skala Prioritas. Ini masalah kesadaran akan hakekat kehidupan. Suatu saat saya menantang jemaat dengan berkata: Kalau anda tidak memprioritaskan Tuhan dari segala-galanya, jangan ikut-ikut bernyanyi dengan lagu: "Yang terutama didalam hidup ini meninggikan nama Yesus. dst. Reff: haleluya-haleluya, saya mau cinta Yesus". Setelah selesai ibadah, salah seorang datang pada saya: Pak! Saya merasa bersalah selama ini saya suka lagu itu, tetapi tidak pernah saya menempatkan Tuhan sebagai prioritas dalam segala tindakan saya.
Tuhan memberi kita waktu 24 jam sehari semalam tidak lebih dan tidak kurang. Tetapi kalau kita tidak punya waktu untuk sesuatu yang sangat penting yaitu bersaat teduh dengan Tuhan, itu namanya bukan karena kita kekurangan waktu, melainkan karena kegagalan kita mengatur skala prioritas, mana yang perlu didahulukan dan mana yang boleh dikemudiankan.
Ketiga. Kita harus memiliki tekad dan niat yang kuat. Memang karena terlalu capek, kadang-kadang kita terlambat bangun, dengan waktu yang buru-buru, ada tugas diluar kota seharian penuh, malam hari juga kalau pulang kerumah sudah larut malam dan badan sudah sangat lelah. Lalu bagaimana kita menyikapi saat yang terpenting yaitu persekutuan pribadi kita dengan Tuhan ?
Ada pepatah mengatakan "Dimana ada kemauan, disitu ada jalan". Kalau sudah ada kemauan, maka jalan keluar pasti ditemukan. Kunci utamanya adalah tekad dan niat dalam hati. Caranya adalah cari waktu disela-sela padatnya kesibukan hari itu, misalnya pada saat di mobil/di kendaraan umum menuju ke kantor juga kita bisa berdoa dalam hati.
Jadi sekali lagi hal ini tergantung pada tekad dan niat seseorang. Saran saya adalah dalam situasi apapun, tetap luangkanlah waktu bagi Tuhan. Karena hari-hari ini adalah jahat. Kalau kita tidak dekat dengan Tuhan dan berjalan bersama Dia setiap harinya, maka kita akan mudah sekali jatuh dalam berbagai godaan, pencobaan, berkata sia-sia / kotor / dusta / fitnah, mencuri, kemarahan, pertengkaran, percabulan dan lain lain, dimana pada akhirnya semua itu akan membuat kita kehilangan damai sejahtera Tuhan dan akan membawa kita kepada penderitaaan dan sengsara.
Ingatlah akan firman Tuhan dalam kitab Yohanes 14:5-6 yang mengatakan: Kalau kita diluar Tuhan atau jauh dari Tuhan, maka kita tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak mungkin kita berkenan kepada Tuhan. Karena kita akan dibuang seperti ranting yang kering, dikumpulkan dan dicampakkan kedalam api, lalu dibakar.
Doa kami :
Tuhan Yesus, Engkaulah segala-galanya bagi kami, untuk itu ingatkanlah kami akan jam-jam persekutuan kami dengan Engkau, karena kekuatan dalam menjalani kehidupan ini hanya kami dapatkan didalam Engkau Tuhan. Amin