“Tetapi engkau orang yg
dekat dg aku, temanku dan orang kepercayaanku. Kami bersama-sama bergaul dg
baik dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian”. (Mazmur 55:13-14)
“Musuh dalam selimut” adalah sebutan yang lazim diberikan bagi musuh dari kalangan sendiri, atau dari orang yg dekat dg kita, kawan sepelayanan kita di gereja, atau dari orang kepercayaan kita. (Mazmur 55:14-15) Tidak ada seorang pun yang senang menghadapi “musuh dalam selimut”. Orang berpendapat bahwa lebih baik/mudah menghadapi musuh yang nyata daripada kawan yang berkhianat. (Mazmur 55:13) Karena kita tidak bisa melihat isi hati manusia, mungkin hanya sesekali dalam waktu & kondisi tertentu saja, kita bisa melihat isi hatinya melalui apa yg diucapkan mulutnya. Hanya Tuhanlah yg mampu melihat dan menguji hati. Untuk itu kita perlu berdoa senantiasa kepada Tuhan agar memberikan kita hikmatNya. (Matius 12:34 dan 1 Samuel 16:7 dan Amsal 16:2)
Daud pun tidak lepas dari “musuh dalam selimut”. Orang itu malah pergi beribadah sama-sama dengan Daud. Tidak heran Daud merasa dikhianati (Mazmur 55:21-22). Akibatnya muncul perasaan sedih, terluka, gelisah, takut dan tertekan (Mazmur 55:4-5). Dalam situasi demikian, yang ingin Daud lakukan adalah melarikan diri dan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi (Mazmur 55:6-9).
“Musuh dalam selimut” adalah sebutan yang lazim diberikan bagi musuh dari kalangan sendiri, atau dari orang yg dekat dg kita, kawan sepelayanan kita di gereja, atau dari orang kepercayaan kita. (Mazmur 55:14-15) Tidak ada seorang pun yang senang menghadapi “musuh dalam selimut”. Orang berpendapat bahwa lebih baik/mudah menghadapi musuh yang nyata daripada kawan yang berkhianat. (Mazmur 55:13) Karena kita tidak bisa melihat isi hati manusia, mungkin hanya sesekali dalam waktu & kondisi tertentu saja, kita bisa melihat isi hatinya melalui apa yg diucapkan mulutnya. Hanya Tuhanlah yg mampu melihat dan menguji hati. Untuk itu kita perlu berdoa senantiasa kepada Tuhan agar memberikan kita hikmatNya. (Matius 12:34 dan 1 Samuel 16:7 dan Amsal 16:2)
Daud pun tidak lepas dari “musuh dalam selimut”. Orang itu malah pergi beribadah sama-sama dengan Daud. Tidak heran Daud merasa dikhianati (Mazmur 55:21-22). Akibatnya muncul perasaan sedih, terluka, gelisah, takut dan tertekan (Mazmur 55:4-5). Dalam situasi demikian, yang ingin Daud lakukan adalah melarikan diri dan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi (Mazmur 55:6-9).
Apakah kita dapat
menganggap Daud sebagai pengecut? Tentu tidak. Kita belum lupa bagaimana Daud
begitu berani menghadapi dan kemudian mengalahkan Goliat, raksasa Filistin. Atau
ketika dg Daud yg berani menyelinap
hanya ditemani oleh.... masuk ke perkemahan Raja Saul yg mengejarnya
untuk menangkapnya dan membunuhnya, dan ketika Saul tidur dikelililingi oleh
para pengawal pribadinya. Bahkan Daud tetap berani mendatangi Saul yg sedang tertidur
dg nyenyak dan mengambil tombaknya yg tertancap di tanah dan mengambil kendi
air didekat kepala Saul tanpa diketaui oleh Saul atau para pengawal pribadi yg
mengelilinginya.
Lalu mengapa Daud
bersikap seperti itu? Karena dia tidak ingin membalas. Yang dia cari hanyalah
Allah. Ia meminta agar Allah memperhatikan masalahnya dan mendengarkan
permohonannya (Mazmur 55:2-3). Ia meminta Allah bertindak atas orang yang
berkhianat itu (Mazmur 10-11, 16). Permohonan itu didasarkan pada iman bahwa
Allah akan membebaskan & menyelamatkan dia (Mazmur 55:17-19, 24).
Daud percaya bahwa Allah
akan memelihara orang-orang kepunyaan-Nya. Karena itu, Daud menghimbau agar
orang lain pun menyerahkan beban mereka kepada Allah daripada menanggung hal
itu sendirian (Mazmur 55:23 dan 1 Petrus. 5:7).
Pengalaman Daud ini, mungkin bagian pengalaman kita juga. Menghadapi sikap orang yang memusuhi kita saja sudah tidak menyenangkan, apalagi bila harus menanggung pengkhianatan dari orang yang karib dengan kita atau saudara kita seiman.
Pengalaman Daud ini, mungkin bagian pengalaman kita juga. Menghadapi sikap orang yang memusuhi kita saja sudah tidak menyenangkan, apalagi bila harus menanggung pengkhianatan dari orang yang karib dengan kita atau saudara kita seiman.
Contohnya antara lain
: Ada salah seorang pemilik bank yg mengambil/memakai uang banknya sendiri
tanpa sepengetahuan dari pemegang saham yg lain, yg juga adalah sahabatnya, utk
dipakai berjudi dll; sehingga kegiatan banknya mengalami kesulitan. Demikian juga
ada sebuah gereja besar yg secara hampir bersamaan ditinggalkan oleh
pendeta-pendeta seniornya yg merasa tidak sepaham/tidak setuju dg pemimpin
gerejanya, dan juga bendahara sekolah teologia nya yang tega mengambil/mencuri
uang bayaran gaji utk para dosen pengajarnya yg berlangsung berbulan-bulan,
sampai akhirnya ketahuan oleh pimpinan gereja tsb. Demikian juga seorang suami
yg kelihatannya setia dan saleh hidup dihadapan istrinya, padahal diam-diam dia
berselingkuh dan berzinah dg wanita lain tanpa sepengetahuan istrinya, bahkan
sampai mempunyai anak dari selingkuhannya itu. Beberapa waktu yg lalu juga ada
seorang kawan yg tega meracuni minuman kopi yg diminum oleh kawannya sehingga dia meninggal. Dan
masih ada banyak sekali contoh-contoh lainnya di berbagai bidang tentang “musuh
dalam selimut” dizaman sekarang ini.
Walau demikian pembalasan
dendam bukanlah sebuah jalan keluar, mencari keadilan dari pengadilan dunia
juga tidak selalu memecahkan masalah. Belajar & meneladani sikap Daud tsb,
marilah sebagai umat Tuhan, kita serahkan masalah yg demikian hanya kepada
Allah saja. Datanglah & berdoalah kepada Tuhan yang akan menghakimi
orang-orang jahat tsb dg adil & sesuai dg perbuatannya. Tuhan yang setia,
akan senantiasa bersedia menolong dan melindungi kita dari orang yang bermaksud
jahat terhadap kita.
Renungan ini disampaikan
oleh salah seorang saudari kita seiman, kawan sekerja Allah yg tinggal jauh di
luar negeri. Semoga bermanfaat dan Tuhan memberkati kita semua.
Doa kami:
Tuhan Yesus, tolonglah
kami ketika menghadapi masalah musuh dalam selimut ini, agar dapat datang dan
berdoa memohon pertolongan & keadilan hanya padamu saja. Amin.