“Tetapi yg kesukaannya
ialah Taurat Tuhan dan yg merenungkan
Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yg ditanam ditepi aliran air, yg
menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang
tidak pernah layu daunnya. Apa saja yg diperbuatnya berhasil”. (Mazmur 1:2-3)
“Merenungkan” dalam
nas tersebut diatas dalam bahasa aslinya ditulis “hagah” yg artinya “membaca
firman Tuhan, atau memeditasikannya, atau memperkatakannya dg suara berbisik,
atau memperkatakannya dg suara rendah seperti orang sedang berguman”.
Suatu kondisi yang
kritis dapat mendorong manusia untuk belajar secara lebih baik. Misalnya:
Ketika mendapatkan vonis mengidap kanker, misalnya, tiba-tiba orang jadi rajin
membaca kolom kesehatan khususnya tentang pernyakit kanker di internet. Ia
menjadi teliti dan cermat bagaikan detektip karena ingin mengetahui secara
lebih mendalam persoalan yang sangat penting itu, bagaimana jalan keluarnya dan
apakah tindakan apakah yg telah diambil oleh para penderita kanker seperti
dirinya.
Demikian pula halnya dengan para jemaat di Berea ketika itu. Rupanya mereka menganggap pesan rasul Paulus perlu dicermati lebih jauh. Mereka menerima firman yang diberitakan Paulus dengan "segala kerelaan hati" (Kisah Para Rasul 17:11). Kemudian mereka menyelidikinya "setiap hari", bukan hanya pada hari Sabat saja. Bukannya percaya begitu saja, tetapi mereka mengecek terlebih dahulu kebenaran perkataan Paulus.
Kata yang digunakan"menyelidiki",menggambarkan keadaan orang yang sedang memeriksa dokumen-dokumen legal yang penting. Mereka memeriksanya dengan seksama, seolah-olah mereka menjadi seorang detektip rohani. Dan ketika mereka mendapati bahwa pemberitaan Paulus memang benar, tidak sedikit dari antara mereka, laki-laki dan perempuan yang berbalik dan menjadi percaya. (Kisah Para Rasul 17:12)
Injil Kristus yang dimengerti dengan benar, sesuai dengan Kitab Suci, akan dapat membawa seseorang menjadi percaya pada Tuhan. Seperti halnya juga yang dialami oleh rohaniwan & penulis novel buku rohani yg terkenal, yaitu C.S.Lewis, salah satu bukunya adalah serial “Chronicles of Narnia” yg juga sudah pernah ditayangkan dalam suatu acara film di televisi. Semula dia adalah seorang atheis dan tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi setelah menyelidiki Alkitab dg seksama dan juga dg bantuan teman dekatnya J.R.R. Tolkien, lalu pada umur 36 tahun dia berubah menjadi orang yg percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Apakah kita mendengarkan firman Tuhan dengan "keterbukaan/kerelaan hati" atau malahan dengan "prasangka negatip”, atau dengan “tujuan untuk mencari-cari kesalahan” ?
Kita tidak semestinya memandang remeh ajaran firman Tuhan, tetapi juga tidak sembarang menelannya begitu saja ajaran dari para pengkhotbah. Kita perlu menjadi seperti seorang detektip yang menyelidiki Kitab Suci, "untuk memeriksa apakah semuanya itu benar demikian adanya". Dan kalau memang terbukti benar, maka marilah kita berbalik kepada Tuhan dan percaya. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan bahwa “ke-percaya-an kita kepada Tuhan atau iman kita kepada Tuhan, akan timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Tuhan Yesus Kristus”. (Roma 10:17)
Demikian pula halnya dengan para jemaat di Berea ketika itu. Rupanya mereka menganggap pesan rasul Paulus perlu dicermati lebih jauh. Mereka menerima firman yang diberitakan Paulus dengan "segala kerelaan hati" (Kisah Para Rasul 17:11). Kemudian mereka menyelidikinya "setiap hari", bukan hanya pada hari Sabat saja. Bukannya percaya begitu saja, tetapi mereka mengecek terlebih dahulu kebenaran perkataan Paulus.
Kata yang digunakan"menyelidiki",menggambarkan keadaan orang yang sedang memeriksa dokumen-dokumen legal yang penting. Mereka memeriksanya dengan seksama, seolah-olah mereka menjadi seorang detektip rohani. Dan ketika mereka mendapati bahwa pemberitaan Paulus memang benar, tidak sedikit dari antara mereka, laki-laki dan perempuan yang berbalik dan menjadi percaya. (Kisah Para Rasul 17:12)
Injil Kristus yang dimengerti dengan benar, sesuai dengan Kitab Suci, akan dapat membawa seseorang menjadi percaya pada Tuhan. Seperti halnya juga yang dialami oleh rohaniwan & penulis novel buku rohani yg terkenal, yaitu C.S.Lewis, salah satu bukunya adalah serial “Chronicles of Narnia” yg juga sudah pernah ditayangkan dalam suatu acara film di televisi. Semula dia adalah seorang atheis dan tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi setelah menyelidiki Alkitab dg seksama dan juga dg bantuan teman dekatnya J.R.R. Tolkien, lalu pada umur 36 tahun dia berubah menjadi orang yg percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Apakah kita mendengarkan firman Tuhan dengan "keterbukaan/kerelaan hati" atau malahan dengan "prasangka negatip”, atau dengan “tujuan untuk mencari-cari kesalahan” ?
Kita tidak semestinya memandang remeh ajaran firman Tuhan, tetapi juga tidak sembarang menelannya begitu saja ajaran dari para pengkhotbah. Kita perlu menjadi seperti seorang detektip yang menyelidiki Kitab Suci, "untuk memeriksa apakah semuanya itu benar demikian adanya". Dan kalau memang terbukti benar, maka marilah kita berbalik kepada Tuhan dan percaya. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan bahwa “ke-percaya-an kita kepada Tuhan atau iman kita kepada Tuhan, akan timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Tuhan Yesus Kristus”. (Roma 10:17)
Untuk dapat mengenal kebenaran secara akurat, kita perlu menyelidikinya dg
cermat. Tidak cukup hanya membaca dan mendengarkan firman Tuhan setiap minggu
sekali yg kita dengar dari khotbah para pastor atau pendeta di gereja.
Melainkan juga membaca dan memperkatakan firman Tuhan yg kita baca setiap hari
dari Alkitab, selembar demi selembar dg tekun dan rajin. Juga tidak cukup kalau
hanya membaca firman Tuhan terjemahan bahasa Indonesia, seandainya kita mampu
berbahasa inggris atau jerman dll, maka kita juga perlu membaca &
memperkatakan semua firman Tuhan yg ada didalam Alkitab terjemahan bahasa
inggris & jerman dll. Sebab dengan demikian kita akan dapat mengetahui
kebenaran secara lebih akurat.
Dan kalau kita
sungguh-sungguh melakukan ini, maka iman kita kepada Tuhan pasti akan
bertumbuh.
Terlebih dari
itu, hidup kita & keturunan kita akan berhasil dan diberkati oleh Tuhan,
usia kita akan lanjut, dan tidak menjadi loyo/sakit-sakit-an sekalipun dimasa
tua kita.
Contoh: Ingat akan kisah nabi Musa yg percaya dg sepenuh hati kepada Tuhan dan hidup menuruti firmanNya senantiasa. Ketika Musa berumur 120 th, dia dipanggil pulang ke rumah Bapa disorga diatas gunung Nebo didataran Moab, badannya masih sehat dan masih bisa naik keatas puncak Pisga, matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. (Mazmur 1:2-3 dan Ulangan 34:1-12)
Contoh: Ingat akan kisah nabi Musa yg percaya dg sepenuh hati kepada Tuhan dan hidup menuruti firmanNya senantiasa. Ketika Musa berumur 120 th, dia dipanggil pulang ke rumah Bapa disorga diatas gunung Nebo didataran Moab, badannya masih sehat dan masih bisa naik keatas puncak Pisga, matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. (Mazmur 1:2-3 dan Ulangan 34:1-12)
Renungan ini disampaikan oleh seorang saudari kita seiman, kawan sekerja Allah yg tinggal jauh dari Jakarta. Selamat beribadah dan Tuhan memberkati kita semua.
Doa kami;
Tuhan Yesus,
jadikanlah firman Tuhan yg ada dalam kitab Suci/Alkitab menjadi kesukaan kami
seumur hidup kami, dan merenungkannya siang dan malam. Amin