“Hidup dan mati dikuasai
oleh lidah, siapa suka menggemakannya akan memakan buahnya”. (Amsal 18:21)
Marilah kita bahas
renungan hari ini bersama-sama. Renungan ini dikirimkan oleh seorang saudari
kita seiman, dan yg telah kami sadur. Semoga bermanfaat dan Tuhan memberkati.
Nas dalam tersebut
pada kitab Amsal diatas, sudah sudah jelas artinya, bahwa : Apa yg kita katakan
dg lidah bibir mulut kita, akan menentukan bagaimana jadinya kehidupan kita
nanti. Untuk itu sebagai umat Tuhan, kita harus selalu menjaga perkataan kita
atau berhati-hati dalam perkataan yg kita ucapkan. Kalau kita suka menggunakan
lidah dengan berkata-kata sembarangan dan tidak dapat di-pertanggung-jawab-kan,
maka pasti-lah kita akan menanggung akibatnya kelak.
Ada seorang pria Kristen
yg bersaksi tentang pengalaman hidupnya yg menyedihkan. Dia adalah seorang ayah
dari tiga orang anak, dua laki2 dan satu perempuan, semuanya sudah dewasa dan
sudah berkeluarga. Tetapi anaknya perempuan yg bungsu, karakternya itu mirip
sekali dg ayahnya. Keduanya sangat temperamental dan mudah mengucapkan
kata-kata tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
Pada suatu hari, ayah
dan anak perempuannya ini bertengkar, karena sesuatu sebab yg tidak
diceritakannya. Si anak perempuannya itu mengomeli ayahnya yg sedang stress,
lalu si ayah jadi kesal & emosional dan tanpa berpikir panjang, dia
mengucapkan kata-kata yg tidak pantas kepada anak perempuannya itu: Dasar kamu
sialan ! Mendengar maki-an dari ayahnya itu, si anak perempuan yg temperamental
itu juga dg spontan meresponi perkataan ayahnya dg perkataan yg sama: Ayah yg
sialan !
Setelah ayah dan anak
itu masing2 mengeluarkan kata-kata yg sama lagi, akhirnya ibunya melerai
percekcokkan mereka itu dan berkata : Sudah kalian berdua stop dan jangan
bicara lagi.
Tetapi oleh karena
perkataan ayahnya itu, si anak perempuan itu jadi sakit hati, lalu dia pulang
kerumahnya sendiri sambil berkata : “Ayah jangan ketemu saya lagi ya”. Rupanya
hati anak itu sakit dan hatinya telah menjadi tawar terhadap ayahnya. Si ayah
itu segera sadar bahwa, meskipun anak perempuannya itu mengomeli-nya yg sedang
stress, tetapi seharusnya dia tidak layak memarahi anak perempuannya dg
perkataan yg demikian. (Kolose 3:21)
Ayah itu sangat
menyesal dan minta maaf, namun si anak perempuan itu sekarang sudah sakit &
tawar hati, dan tidak mau menerima telpon dari ayahnya lagi sampai sekarang. Si
ayah tidak tahu lagi bagaimana jalan keluarnya, dia hanya bisa minta ampun
kepada Tuhan dan juga mengampuni kesalahan anaknya itu, semoga Tuhan pada
waktuNya nanti akan mendamaikan mereka kembali.
Sebab itu Alkitab
mengatakan bahwa “Kalau kita tidak bersalah dalam perkataan kita. dia adalah
orang yg sempurna dan dapat mengendalikan seluruh tubuhnya”. (Yakobus 3:2)
Untuk itu sebagai orang-orang yg percaya kepada Tuhan, kita perlu mengekang
mulut kita; sama seperti kita mengekang kuda yg kita tunggangi pada mulutnya,
sehingga kuda itu mau menuruti kehendak kita. Firman Tuhan melalui rasul
Yakobus sudah menasihatkan semua kita umatNya : “Hai saudara-saudara yg
kukasihi, ingatlah hal ini : Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah. Sebab amarah
manusia tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Allah”. (Yakobus 1:19-20)
Marilah kita di th
2017 ini, berusaha sedapat mungkin untuk dapat selalu memperkatakan yg baik,
supaya kita dapat melihat janji-janji Tuhan di genapi dalam hidup kita. Dan
kalau kesukaan kita adalah memperkatakan firman Tuhan Yesus Kristus setiap
hari, maka iman kita akan di bangun & manusia rohani kita akan semakin kuat
dari hari ke hari dan kehidupan jasmani kita juga sedikit demi sedikit akan
dipulihkan oleh Tuhan. (Mazmur 1:2 dan Roma 10:17)
Doa kami:
Tuhan Yesus,
tolonglah kami agar kami dapat menguasai emosi kami setiap hari, agar kami
dapat menjadi lebih cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata dan
juga lambat untuk marah. Amin