“Lalu murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus, “Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau”. (Yohanes 21:7)
Itu adalah salah satu
kesempatan yg sangat berharga bagi rasul Petrus untuk dapat bertemu dg Yesus
lagi, yg sudah disangkalnya sebanyak tiga kali & ditinggalkannya, dimana
ketika itu Yesus Tuhan & Guru yg dikasihinya sedang susah, dihina, menderita,
disiksa dan dikeroyok oleh para imam & tua-tua dan semua orang-orang Yahudi
yg iri dan membenci Yesus, agar Ia disalibkan. Petrus sangat menyesali
penyangkalannya itu dan sangat ingin minta maaf kepadaNya.
Padahal sekarang,
sebagai pengikut Tuhan, kalau seandainya kita melihat ada orang-orang yg kita
kasihi sedang menderita sakit dirumah sakit atau diadili dipengadilan atau
dipenjara dll, tentunya kita ingin sekali menemaninya dan memberinya
penghiburan, pertolongan, dukungan dll, dan bukan sebaliknya yakni
mengacuhkannya atau meninggalkannya. Tidak ada kekasih yang rela berjauhan
dengan pujaan hatinya yg dicintainya. Tidak ada suami atau istri yang rela
berjauhan dengan belahan jiwanya yg dikasihinya. Tidak ada pula orang-tua yang
rela berjauhan dengan anak-anak buah hati mereka. Meskipun dalam kenyataannya
ada banyak orang yg harus rela terpisah oleh jarak, ruang, dan waktu dengan
orang yang dikasihi karena berbagai alasan.
Mereka tidak pernah
mau menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada untuk saling bertemu. Misalnya
ketika sedang ada liburan atau ketika setiap hari raya Idul Futri. Mereka rela
berkorban menderita berpuluh-puluh jam dalam perjalanan mudik pulang ke kampung
halamannya untuk bertemu dg orang tuanya dan semua anggota keluarga yg
dikasihi-nya disana, untuk ber-silahturahmi & bermaaf-maaf-an. Hal yg sama
terjadi bukan hanya bagi penduduk/rakyat Indonesia saja, tetapi juga bagi
berbagai-bagai bangsa di dunia. Misalnya di benua Amerika, setiap tahunnya
mereka rela beramai-ramai pulang mudik kekampung halamanannya untuk bertemu dg
semua anggota keluarga mereka yg dikasihinya, pada hari raya Thanksgiving yaitu
pada setiap minggu keempat bln November. Demikian juga orang-orang di benua
Asia, orang-orang suku bangsa cina, mau bersusah-payah pulang mudik demi
merayakan setiap hari raya tahun baru Imlek di kampung halamannya masing-masing
untuk bertemu dg seluruh anggota keluarganya yg dikasihi, walaupun jauh sekali
jaraknya.
Demikian juga halnya
dalam kehidupan rohani, setiap orang-orang yg percaya kepada Tuhan, kita tentu
mengasihi Tuhan. Namun, sudahkah kita menghargai setiap kesempatan yang ada
untuk bertemu, berkumpul/bersekutu dengan-Nya? Selain untuk memujiNya,
menyembahNya, memuliakanNya, membaca firmanNya dalam Alkitab dll; tetapi juga
untuk berdoa, berkomunikasi denganNya, mengajakNya selalu turut serta dalam
setiap langkah kehidupan kita, mengajukan permohonan kita, mengakui dosa &
kesalahan kita, serta minta ampun & maaf kepadaNya dll; seperti layaknya
seorang anak dengan bapanya?
Fakta bahwa Tuhan
yang kita sembah begitu dekat dengan kita, bahkan tinggal di dalam hati kita,
sering membuat kita menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu,
berkumpul/bersekutu dengan-Nya. Haruskah Tuhan menjauh terlebih dahulu, agar
kita dapat merasakan, betapa sangat berharganya kesempatan untuk dapat bertemu,
berkumpul/bersekutu dengan-Nya?
Untuk itu,
sebaiknyalah kita menghargai setiap kesempatan yang ada untuk berkumpul,
bertemu & bersekutu dengan-Nya. Tidaklah kita perlu mengalami peristiwa
seperti rasul Petrus terlebih dahulu. Sebab kehilangan Yesus telah membuat
Petrus frustasi & menyesal dan lupa akan panggilannya sebagai penjala
manusia. (Matius 4:19) Petrus telah kembali lagi menjadi penjala ikan seperti
dulu. Namun semua itu berubah lagi, ketika Petrus bertemu kembali dengan Yesus.
Tanpa perlu menunggu perahu menepi lagi, Petrus-pun segera terjun ke danau
untuk mendapatkan Yesus (Yohanes 21:7). Petrus sadar sekarang bahwa, kesempatan
untuk bersekutu dengan Yesus sangatlah berharga.
Demikian juga halnya
dg kita umatNya, Tuhan Yesus tidak pernah jauh. Dia melalui RohNya bahkan
tinggal di dalam hati kita & hidup kita. Janganlah kita takut kehilangan
berkat & kebaikkanNya, sekalipun kita harus meninggalkan pekerjaan/usaha
kita, contohnya dg menutup toko kita pada setiap hari minggu, karena kita mau
menghadap hadirat Tuhan & beribadah kepadaNya dan memuliakan hari
Sabbat-Nya atau hari penghentianNya.
Sebab kita tidak akan
kehilangan berkat & kebaikkan Tuhan, malahan sebaliknya kita akan
ketambahan berkat dan kebaikkanNya. Teruslah rajin beribadah, berkumpul
bersekutu dg Tuhan setiap waktu & kesempatan, sebab ada banyak sekali
hal-hal berguna yg dapat kita raih untuk hidup ini, maupun untuk hidup yang
akan datang. (1 Timotius 4:8-9)
Doa kami:
Tuhan Yesus,
penuhi-lah kami dg kasihMu senantiasa, agar kami dapat rindu untuk berada
hadiratMu dan beribadah kepadaMu setiap hari. Amin