“Perkataan yang
menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang
tulang”. (Amsal 16:24)
Sehubungan dg firman
Tuhan dalam kitab Amsal tersebut diatas, ada suatu kisah sejati dari negri
Paman Sam, yg dialami oleh seorang wanita, yaitu: Perkataan yang menyenangkan adalah seperti
sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang tulang.
Seorang
sopir turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum, dan
berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, sopir itu berkata :
“Pak, maukah anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena
para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!”
Penjaga kuburan itu meng-anggukan kepalanya dan dia segera berjalan di belakang sopir itu. Seorang wanita lemah dan berwajah sedih atas kematian anak tunggalnya, membuka pintu mobilnya sambil berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu dan berkata : “Saya Ny. Steven yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada anda. Saya mengirim uang itu agar anda dapat membeli seikat bunga dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan & kebaikan hati anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yg telah menolong saya.”
“Oh, jadi Nyonya yg selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan bunga, tetapi saya tidak pernah menaruh bunga itu dipusara anak anda.” jawab pria itu.
“Apa, maaf?” tanya wanita itu dengan marah. “Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh bunga itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat bunga. Oleh sebab itu, setiap bunga yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang sudah yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang seperti demikian masih hidup, sehingga mereka dapat gembira menikmati keindahan & keharuman bunga-bunga itu”, jawab pria itu. Wanita itu terdiam, kemudian dia mengisyaratkan agar sopirnya segera membawanya pergi.
Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan. Selamat pagi, apakah anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven, saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang anda berikan beberapa bulan yang lalu. Perkataan anda sungguh benar bahwa memperhatikan & membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna, daripada meratapi mereka yang sudah meninggal. (Pengkhotbah 3:4) Ketika saya sendiri secara langsung mengantarkan bunga-bunga itu ke rumah sakit atau panti jompo, dan kepada orang-orang yg bersedih di rumah duka, atau kepada orang-orang yg susah hidupnya; ternyata bunga-bunga itu tidak hanya membuat mereka gembira & bahagia, tetapi juga membuat saya ikut bergembira & berbahagia. Sampai saat ini, para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan perkataan yg menyenangkan & hati yg gembira adalah obat manjur yang memulihkan saya. (Amsal 15:13 dan Amsal 17:22)
Penjaga kuburan itu meng-anggukan kepalanya dan dia segera berjalan di belakang sopir itu. Seorang wanita lemah dan berwajah sedih atas kematian anak tunggalnya, membuka pintu mobilnya sambil berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu dan berkata : “Saya Ny. Steven yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada anda. Saya mengirim uang itu agar anda dapat membeli seikat bunga dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan & kebaikan hati anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yg telah menolong saya.”
“Oh, jadi Nyonya yg selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan bunga, tetapi saya tidak pernah menaruh bunga itu dipusara anak anda.” jawab pria itu.
“Apa, maaf?” tanya wanita itu dengan marah. “Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh bunga itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat bunga. Oleh sebab itu, setiap bunga yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang sudah yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang seperti demikian masih hidup, sehingga mereka dapat gembira menikmati keindahan & keharuman bunga-bunga itu”, jawab pria itu. Wanita itu terdiam, kemudian dia mengisyaratkan agar sopirnya segera membawanya pergi.
Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan. Selamat pagi, apakah anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven, saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang anda berikan beberapa bulan yang lalu. Perkataan anda sungguh benar bahwa memperhatikan & membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna, daripada meratapi mereka yang sudah meninggal. (Pengkhotbah 3:4) Ketika saya sendiri secara langsung mengantarkan bunga-bunga itu ke rumah sakit atau panti jompo, dan kepada orang-orang yg bersedih di rumah duka, atau kepada orang-orang yg susah hidupnya; ternyata bunga-bunga itu tidak hanya membuat mereka gembira & bahagia, tetapi juga membuat saya ikut bergembira & berbahagia. Sampai saat ini, para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan perkataan yg menyenangkan & hati yg gembira adalah obat manjur yang memulihkan saya. (Amsal 15:13 dan Amsal 17:22)
Sebagai
orang-orang yg percaya kepada Tuhan, mungkin kita bisa mengendalikan
mulut/lidah/perkataan kita untuk sementara waktu saja, yaitu ketika hati kita sedang
senang atau damai atau ketika diri kita lemah tak berdaya dll. Tetapi sebenarnya, kita tidak dapat mengendalikan lidah &
mulut kita sendiri, hanya Roh Kudus atau Roh Tuhan-lah yg ada bersama kita yg sanggup
melakukannya bagi kita. (Mazmur 141:3 dan Yakobus 3:8)
Perkataan yg
diucapkan mulut kita adalah meluap dari hati kita. (Matius 12:35) Untuk itu kita harus menjaga hati kita dg
segala kewaspadaan dan menjaganya sesuai firman Tuhan. Dan mintalah kepada
Tuhan untuk mengawasi mulut kita dan berjaga-jaga pada pintu bibir kita. (Amsal
4:23 dan Mazmur 119:9, 141:3)
Doa kami:
Tuhan Yesus,
tolonglah kami, awasilah mulut kami & berjaga-jagalah pada pintu bibir
kami. Amin