”Orang yg dapat
mengendalikan dirinya adalah seperti kota yg roboh temboknya” (Amsal 25:28)
Gambar diatas hanyalah suatu ilustrasi saja.
Seharusnya yg memegang tali kekang dileher orang muda yg sudah dewasa, yg
cabul/liar itu, bukanlah ibunya; tetapi seharusnya Roh Kudus. Namun kalau anak
itu masih kecil , tentunya yg memegang tali kekang atas anak dibawah umur yg
nakal/binal, dilakukan oleh ibunya/orang tuanya, selaku wakil dari Roh Kudus.
Dalam nas tsb dalam
kitab Amsal diatas, dikatakan bahwa apabila kita tidak bisa mengadilikan
diri/emosi kita lagi, maka kita akan mudah dikalahkan oleh orang/lawan/musuh
kita. Sebab kota yg roboh temboknya, artinya kota itu sudah tidak ada
pelindungnya lagi. Jadi setiap orang/musuh/lawan bisa masuk dan menyerang kota
itu kapan saja.
Demikian juga kalau
kita tidak dapat mengendalikan diri kita/mengendalikan emosi kita, maka kita
akan menjadi seperti kuda binal/liar, atau seperti bagal, yaitu campuran atau
perkawinan silang antara kuda dan keledai, yg tidak berakal dan sangat garang
dan harus dikendalikan dg tali kekang. Mulut kuda/bagal tsb harus diikat dg
tali kekang lalu dipasang semacam rantai di dalam mulutnya dan kalau kedua
ujung rantai itu ditarik oleh tali kekang, dan hal itu akan membuat mulutnya jadi
sakit, dan barusan kuda/bagal tsb bisa dikendalikan. (Mazmur 32:9)
Sebagai manusia
tentunya kita berbeda dengan kuda atau bagal. Sebab Tuhan telah menganugerahkan
kepada kita kemampuan untuk mengatur emosi. Marah adalah salah satu bentuk
emosi manusia, seperti juga sedih, senang, iri hati ...dll. Kita sih boleh saja
marah, tapi ada batasannya seperti yg telah firman Tuhan katakan yakni: Apabila
kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa. Janganlah matahari terbenam
sebelum padam amarahmu. Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. (Efesus
4:26-27)
Namun, karena selama
kita masih hidup didalam tubuh jasmani/kedagingan kita, maka seringkali hal itu
sanggup menganggu kemampuan kita dalam mengatur emosi tersebut.
Kalau kita mau
mengenakan tali kekang pada mulut kita, seperti kita mengenakan tali kekang
pada mulut kuda; maka kita akan menjadi orang yg sempurna dan jadi orang yg
dapat juga mengendalikan seluruh tubuh kita. (Yakobus 3:2-3)
Perhatikan betapapun
kecilnya api, ia dapat membakah hitan yg besar. Dan lidah kitapun adalah sama
seperti api, ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat diantara
anggota tubuh kita sebagai sesuatu yg dapat menodai seluruh tubuh dan
menyalalkan roda mehidupan kita. Sedangkan lidah kita dinyalakan oleh api neraka.
(Yakobus 3:5-6)
Salah satu contohnya
yg paling jelas dalam Alkitab adalah Kain, anak pertama Adam dan Hawa setelah
mereka diusir dari Taman Eden. Karena Kain iri hati & kecewa, lalu jadi
sakit hati dan mendendam dan kemudian membuatnya ingin membalas dendam, maka
akibatnya Kain menjadi seorang pembunuh pertama di dunia. (Kejadian 4:3-7)
Padahal Tuhan sudah memperingatinya, tetapi Kain tetap tidak bisa mengendalikan
emosinya.
Contohnya adalah
Kain. Perhatikanlah peristiwa pembunuhan Habel oleh Kain. Hati Kain menjadi
sangat panas, yakni marah bercampur iri hati, ketika persembahannya tidak
diterima Tuhan. Kenapa persembahannya tidak diterima oleh Tuhan? Sebab Kain
hanya mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya itu kepada Allah. Bukan
mempersembahkan persembahan yg terbaik dari hasil tanahnya. Sedangkan Habel dia
mempersembahkan dari anak sulung kambing dombanya dan lemak-lemaknya juga.
Firman Tuhan kepada Kain sesungguhnya sudah mengingatkan agar Kain bisa
mengontrol emosinya, agar dia tidak jatuh ke dalam dosa. (Kejadian 4:6-7) Namun
ternyata, Kain mengabaikan firman Tuhan dan lebih menuruti emosinya. Sehingga
dia telah memberi kesempatan kepada Iblis yg terus memanas-manaskan hatinya,
akibatnya dia berbuat dosa dengan cara membunuh Habel.
Bagi para umat Tuhan,
yg bersedia hidup dipimpin oleh Roh Kudus, adalah cara yg efektif untuk mampu
mengatur emosi dengan baik. Sebab, ketika memberi hidup kita dipimpin oleh Roh
Kudus; maka kita akan menghasilkan buah Roh, yang salah satunya adalah
penguasaan diri. Dengan penguasaan dirilah kita sanggup mengatur emosi kita.
Untuk itu, sebagai orang-orang yg percaya kepada Tuhan, kita harus senantiasa
setiap waktu meminta pertolongan Roh Kudus, untuk mematikan perbuatan
tubuh/kedagingan kita, maka dengan demikian kita sudah memberi kesempatan
kepada Roh Kudus untuk memimpin hidup kita dan menjadikan kita anak-anak Allah.
(Roma 8:13- 15)
Doa kami:
Tuhan Yesus,
mampukanlah kami umatMu mau selalu taat setiap waktu pada pimpinan Roh Kudus
Amin.