“Sadara-saudaraku yg
kekasih janganlah kamu menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka
Allah, sebab ada tertulis : Pembalasan adalah hakKu. Akulah yg akan menuntut
pembalalan, firman Tuhan”. (Roma 12:19)
Pernahkah kita dilukai
secara jasmani atau disakiti hatinya atau dirugikan oleh orang lain dimasa
lalu? Jika ya, sudahkah kita telah terlepas dari rasa sakit ? atau luka &
sakit hati itu terus tertoreh di dalam hati kita? Di lukai atau disakiti atau
diperlakukan tidak adil/dirugikan adalah
merupakan suatu bagian dari kehidupan setiap orang. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana kita menyikapi diri kita apabila hal tersebut terjadi dalam kehidupan
kita.
Saat hati kita disakiti hati
atau merasa dirugikan oleh seseorang, kita dapat memilih untuk terus menyimpan
rasa sakit hati itu dan membuat kita jadi dendam kepadanya dan ingin membalas
perbuatannya itu serta tidak dapat mengampuni kesalahannya. Maka akibatnya kita
tidak dapat melakukan firman Tuhan seperti yg tertulis dalam doa Bapa kami yg
diajarkanNya kepada kita. (Matius 6:12) Konsekwensinya bagi kita adalah Tuhan
juga tidak akan mengampuni semua dosa & kesalahan kita.
Hidup kita akan menjadi
menderita, kita terus membenci dan menyalahkan orang yang menyakiti kita dan
terus ingin membalas dendam kita. Satu hal yang pasti adalah apabila pilihan
ini yang kita ambil, maka orang yang menyakiti kita tidak akan tersakiti, tapi sebaliknya
kitalah yg sedang menyakiti diri kita sendiri. Dan bila dibiarkan terus menerus
akan menjadi akar pahit dalam hidup kita. Dan hal itu bisa mengakibatkan
berbagai penyakit dalam tubuh jasmani kita, mungkin kita bisa terkena sakit
lumpuh, kanker atau stroke...dll. Kepahitan ini bisa menjadi sesuatu yang
mematikan, tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga kepada orang lain, bahkan
mungkin juga membuat orang yang kita kasihi jadi turut menderita.
Bagaimana caranya
mengatasi masalah yg sedemikian, seandainya apabila pada suatu ketika kita
merasa dibodohi/ditipu sejumlah besar uang oleh orang yg dekat, misalnya oleh
besan kita sendiri ? Kita tidak dapat membalas dendam kepadanya, tetapi kita
hanya bisa menyimpannya saja dalam hati; meskipun kita terus merasa benci
kepadanya & tidak menyukainya, namun tidak bisa mengungkapkannya. Sehingga
hal itu akan menjadi semacam sesuatu yg pahit menetap dalam hati kita. Ketika
kita bertemu dg mereka pada saat hari raya atau tahun baru atau kesempatan
lainnya, tentunya kita tidak dapat terus terang mengungkapkannya dengan wajah,
sikap & perkataan kita terhadap besan kita sendiri. Kita hanya bisa
basa-basi dan lain2 saja, agar jangan sampai merusak keharmonisan pernikahan
& keluarga anak, menantu dan cucu2
kita semua.
Demikian juga suatu saat
saya pernah mengalaminya, bagi saya tidak ada jalan keluarnya ketika itu, sampai
suatu pada suatu saat saya membaca firmanNya : “Pembalasan itu adalah hak-Ku. Bahkan
juga dendam adalah hakNya Tuhan”. (Ulangan 32:35) Jadi sebenarnya mendendam
atau membalas dendam adalah haknya Tuhan dan bukan hak kita. Sejak saat itu saya
merasa bebas & terlepas dari semua
beban menekan hati saya. Karena sebagai hamba Tuhan, saya memang harus belajar hidup
setiap hari lebih sungguh percaya kepadaNya dg lebih tunduk & taat
lagi melakukan firmanNya dan perintahNya ini. Lalu saya katakan kepada diri
saya sendiri bahwa Bukanlah hak saya untuk dendam kepada besan yg telah
merugikan saya dan bukanlah hak saya untuk membalas dendam kepada mereka. Kemudian
saya berdoa kepada Tuhan Yesus : “Ampuni saya ya Tuhan, yg saya sudah mendendam
dan ingin membalas dendam ini. Ampunilah kesalahan saya ini. Untuk itu ampunilah
jug segala dosa dan kesalahan saya dihadapanMu, sehingga saya layak, kudus, dan
benar lagi dihadapanMu.
Janganlah biarkan
kehidupan kita dikotori oleh kepahitan, mulailah untuk tidak mendendam &
tidak membalas dendam. Dan percayalah bahwa Tuhan akan memulihkan kita dan
memberi keadilan bagi kita.
Doa kami:
Tuhan Yesus, tolonglah
& mampukan kami, untuk dapat terus belajar lebih sungguh lagi percaya
kepadaMu dg lebih taat & tunduk lagi untuk hidup menuruti firmanMu &
perintahMu. Amin