“Apabila
seorang laki-laki bernazar atau bersumpah kepada Tuhan, sehingga dia mengikat
dirinya kepada suatu janji, maka janganlah dia melanggar perkataannya itu;
haruslah dia berbuat tepat seperti yg diucapkannya”. (Bilangan 30: 2)
Ayat firman Tuhan
dalam kitab Perjanjian Lama tsb diatas, isinya adalah serupa dg apa yg
dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam kitab Perjanjian Baru pada kitab Matius 5:33
yakni: “Kamu telah mendengar pula yg difirmankan kepada nenek moyang kita:
Janganlah bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu didepan Tuhan”. Jadi
sebagai orang-orang yg percaya kepada Tuhan, kita sudah diberitahu oleh Tuhan
bahwa kalau kita bernazar atau bersumpah kepada Tuhan, maka kita tidak boleh
melanggar janji kita itu kepadaNya.
Ada suatu contoh
dalam Alkitab tentang kisah Jefta. Karena dia sudah terlanjur
bernazar/bersumpah kepada Tuhan (Hakim-Hakim 11:30-31); akibatnya anak
perempuan Jefta, yg adalah anak tunggalnya, dia tidak pernah kenal laki-laki.
Sebab anak perempuannya itu adalah kepunyaan Tuhan sesuai dg nazar Jefta.
(Hakim-Hakim 11:34-39) Untuk itu, Tuhan Yesus mengajarkan kita agar tidak
bersumpah. (Matius 5:34-37)
Dan ada suatu
kesaksian dari David O.S Hardjawinata, yg kami sadur sbb : Saya ingin
membagikan kesaksian saya ini, semoga bisa menjadi berkat & perlajaran bagi
kita semua, agar kita jangan berjanji/bernazar kepada Tuhan, jikalau kita tidak
bisa menepati semua janji/nazar kita. Kejadian ini berawal pada tahun 2001,
dimana saya masih menuntut ilmu teologi di sebuah sekolah Alkitab yg ada di
kota Surabaya. Suatu hari saya bertemu dengan seorang wanita yang cantik,
pintar, rendah hati dan cinta Tuhan. Kamipun berkenalan dan berpacaran. Lalu
pada suatu hari saya berkata dalam hati saya dan berjanji kepada Tuhan: “Jika Tuhan
izinkan saya menikah dg wanita ini, izinkan saya melayani Tuhan di Kalimantan.
Sebab ketika itu, saya sangat tertantang & ingin melayani di satu
kota/daerah yg ada di Kalimantan, yg masih dipenuhi dg kuasa gelap, penyembahan
berhala. Setelah melalui perjuangan yg panjang, pada tgl 5 Febuari 2003, kami
berdua memutuskan untuk menikah. Lalu saya berrsama almarhum papa saya &
mama, kami pergi ke Kalimantan untuk melamarnya dan menikah di satu kota yang
bernama Tenggarong, Kalimantan Timur. Setelah resepsi pernikahan saya mengajak
istri saya secara sah untuk kembali ke Jakarta dan saat itu saya seakan-akan
lupa akan janji/nazar saya kepada Tuhan. Kemudian di Jakarta, kami menjalani
hidup normal seperti keluarga lainnya.
Karena pekerjaan saya
di perusahaan Korea di mulai dari jam 2 siang, lalu saya mulai mencari
pekerjaan lain, kebetulan ada seorang paman saya, adik dari mama, yang
kebetulan buka bengkel motor di dekat tempat kami tinggal. Dan saya putuskan
untuk membantu bekerja di bengkel tersebut untuk mandapat penghasilan tambahan.
Dari situ saya beroleh banyak kemudahan, dan karena badan saya yang cukup ideal
saya mulai coba-coba untuk menjadi joki balap liar, yang biasa dilakukan setiap
malam minggu di daerah Kemayoran, Jakarta. Suatu malam Tuhan izinkan saya
dihajar dengan sebuah tamparan yang cukup keras melalui sebuah kecelakan yang
luar biasa. Saya terjatuh dari motor ketika itu, dan akibatnya badan sayapun
penuh dg luka dari tangan sampai kaki luka dan saat itu dokter berkata bahwa
pembuluh darah yang ada di kaki saya pecah. Setelah saya mendapat perawatan
yang intensip dari pihak rumah sakit dan para dokter, saya pun di-izinkan untuk
pulang kerumah. Lebih dari satu bulan, Tuhan izinkan saya tidak bisa bangun
dari tempat tidur karena luka saya yang sangat sakit dengan borok yang begitu
banyak. Setiap malam saya harus menangis kesakitan karena luka-luka yang sudah
mulai mengering itu, rasanya semua serba salah dalam hidup saya saat itu.
Tetapi saya bersyukur karena Tuhan berikan seorang istri yang sangat luar biasa
yang mau merawat saya dan menerima semua kelakuan & tingkah laku saya
selama ini yang mengecewakan hatinya & terlebih mengecewakan hati Tuhan
Yesus. Ketika itu pekerjaan saya hilang semua, karena bolos kerja dalam waktu
yang cukup lama. Selanjutnya lebih dari satu bulan lagi saya harus menjalani
hidup-hidup saya dengan mengunakan tongkat dari almarhum papa saya. Meskipun
mengalami pemulihan dalam hidup saya, tetapi saya masih mengeraskan hati dan
seakan-akan lupa dengan janji / nazar saya selama ini dengan Tuhan.
Tetapi suatu ketika
panggilan Tuhan itu semakin nyata dalam hidup saya dan kembali datang beberapa
hamba Tuhan untuk mengajak kami untuk melayani di satu kota yang ada di daerah
Kalimantan Timur. Setelah saya mendapat tawaran itu saya & istri saya
tercinta berdoa, jika Tuhan izinkan saya kembali melayaniMu berikan kemudahan
dalam proses perjalanan ke tempat pelayanan a.l. butuh tiket, dana untuk bisa
kesana. Tetapi ketika saya berkata seperti itu, Tuhan ingatkan kembali dengan
sebuah prinsip hidup yang diajarkan ke kami yaitu “hidup oleh iman”. Lalu pada
bulan november 2003, kami putuskan untuk ke Kalimantan Timur dan mengenapi
semua janji Tuhan dalam hidup kami di dalam melayani pekerjaan Tuhan disana.
Sekarang sampai hari ini kami sekeluarga menikmati indahnya “hidup oleh iman”.
Sekarang ini juga
masih ada banyak orang yg percaya kepada Tuhan, yang juga seringkali bersikap
seperti kisah diatas. Ketika lagi mengingini sesuatu atau saat keadaan susah,
seringkali kita berjanji ini & itu kepada Tuhan. Tetapi setelah Tuhan
menyelesaikan semua keadaan itu, malahan kita lupa atau mencari alasan untuk
pembenaran diri sendiri. Padahal yang Tuhan inginkan adalah agar kita tetap
setia kepadaNya. Renungan ini dikirimkan oleh seorang saudari kita seiman dalam
Tuhan, kawan sekerja Allah yg tinggal disuatu kota di Jawa Barat. Semoga
bermanfaat dan Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Doa kami:
Tuhan Yesus,
mampukanlah kami untuk dapat selalu setia kepadaMu sepanjang umur hidup kami.
Amin