“Bukankah itu Babel yang
besar itu, yg dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah
kubangun menjadi kota kerajaan”? Raja belum habis berbicara, ketika satu suara terdengar dari langit: Kepadamu dinyatakan,
ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaanmu
telah beralih daripadamu”. (Daniel 4:30)
Dalam hidup ini, sebagai
orang yg percaya kepada Tuhan, kita diingatkan/diajar/dididik oleh Tuhan seperti
tertulis dalam nas tersebut diatas, supaya “kita jangan congkak atau sombong”! Sebab
sudah ada contohnya yg ditulis dalam
Alkitab, yakni raja Nebukadnezar yg meninggikan dirinya , dan akibatnya seketika
itu juga dia direndahkan oleh Tuhan.
Tetapi karena semua orang
sejak dulu sampai sekarang, sudah berbuat berdosa dan telah kehilangan
kemuliaan Tuhan. (Roma 3:23) Maka selalu ada saja manusia yg sombong/congkak,
termasuk juga semua kita umatNya. Untuk itu semua kita yg percaya kepadaNya, harus
selalu setiap hari menginterospeksi diri kita.
Konon kabarnya, ada seorang kaya yang sombong tanpa
sengaja tersenggol seorang pengemis. Dengan emosi dia berkata kepada si
pengemis” "Dasar pengemis bodoh, berani²nya kamu menyenggol saya, kamu
tidak tahu ya siapa saya”?
"Maaf tuan, saya benar-benar tidak sengaja, tetapi.....sebenarnya tuan ini siapa ?" Kata si pengemis ketakutan.
Dengan sombong orang kaya tersebut menjawab:"Saya orang yang paling kaya di kota ini” ! Tetapi
dengan polos pengemis itu berkata: "Maaf tuan, setahu saya, orang yang paling kaya di kota ini adalah tukang kayu yang tinggal di ujung jalan. Dia sering mengundang para pengemis seperti saya ini untuk makan bersama di rumahnya”. Mendengar hal itu, orang kaya tertunduk malu. dan segera berjalan menjauhi si pengemis. Dia tahu benar siapa tukang kayu yang dibicarakan sipengemis tadi, yang sebenarnya hidup dalam kekurangan. namun selalu mau berbagi kepada sesama.
"Maaf tuan, saya benar-benar tidak sengaja, tetapi.....sebenarnya tuan ini siapa ?" Kata si pengemis ketakutan.
Dengan sombong orang kaya tersebut menjawab:"Saya orang yang paling kaya di kota ini” ! Tetapi
dengan polos pengemis itu berkata: "Maaf tuan, setahu saya, orang yang paling kaya di kota ini adalah tukang kayu yang tinggal di ujung jalan. Dia sering mengundang para pengemis seperti saya ini untuk makan bersama di rumahnya”. Mendengar hal itu, orang kaya tertunduk malu. dan segera berjalan menjauhi si pengemis. Dia tahu benar siapa tukang kayu yang dibicarakan sipengemis tadi, yang sebenarnya hidup dalam kekurangan. namun selalu mau berbagi kepada sesama.
"Kemiskinan"
seseorang tidak lantas dihubungkan dengan sedikitnya harta yang dimiliki atau
kekuasaan & kepopuler-an atau kecantikkan atau kegantengannya....dll. Dunia
boleh memuja materi, kuasa, terkenal, ganteng cantik, sehat..... dll, tetapi
soal "kekayaan/kelimpahan" yang sesungguhnya tidaklah semata-mata
diukur oleh Tuhan, atas dasar harta dan kelimpahan materi ...dll, yang dimiliki
seseorang, melainkan diukurNya atas dasar berapa banyak yang dia dapat bagikan/berikan
kepada sesamanya. Ketika seseorang mau berbagi dengan sesamanya, sekalipun dia
tidak memiliki materi ...dll yang berlimpah, maka dia sudah dapat dikatakan sebagai
seorang yang kaya dihadapan Tuhan dan juga dihadapan sesama. (2 Korintus 8:2-5)
Bukankah semua manusia diciptakan Tuhan dari debu tanah ? Karena itu sebenarnya, di hadapan Allah semua kita manusia adalah setara atau sederajat. Jadi tidak peduli betapa cantik atau tampannya seseorang, atau seberapa banyak harta miliknya, atau seberapa berkuasanya dan terkenalnya, atau sehatnya....dll, dia tetap asalnya sama seperti semua manusia, yakni berasal dari debu tanah dan akan kembali lagi menjadi debu tanah. (Pengkhotbah 12:7)
Bukankah semua manusia diciptakan Tuhan dari debu tanah ? Karena itu sebenarnya, di hadapan Allah semua kita manusia adalah setara atau sederajat. Jadi tidak peduli betapa cantik atau tampannya seseorang, atau seberapa banyak harta miliknya, atau seberapa berkuasanya dan terkenalnya, atau sehatnya....dll, dia tetap asalnya sama seperti semua manusia, yakni berasal dari debu tanah dan akan kembali lagi menjadi debu tanah. (Pengkhotbah 12:7)
Namun, rupanya raja Nebukadnezar tidak menyadari prinsip kesetaraan ini. Seperti ditulis dalam kisah tersebut diatas. Ketika dia berjalan-jalan di atas istana, dia mendeklarasikan bahwa hanya oleh keankuat kuasanya dia dapat membangun kota kerajaan yang besar itu. (Daniel 4:30)
Raja Nebukadnsezar bukan hanya bermegah di hadapan manusia, tetapi dia juga tidak mengindahkan kekuasaan Allah. Sehingga oleh karena kesombongannya, dia langsung menerima hukuman, yakni menjadi seperti orang yg hilang ingatan, berkelakuan seperti binatang dan dihalau dari manusia. Dan tempat tinggalnya adalah di antara binatang-binatang di padang, sampai dia mengakui bahwa kekuasaan ada di tangan Tuhan. (Daniel 4:31-32; Daniel 4:34,37)
Tuhan tahu bahwa manusia mudah menjadi sombong & lupa diri, ketika kehidupannya dikelilingi berkat, keberhasilan, kekuasaan, populer, sehat, pandai, ganteng/cantik...dll. Itulah sebabnya waktu bangsa Israel akan masuk ke Tanah Perjanjian, Tuhan mengingatkan agar mereka tidak menyombongkan diri dan melupakan pemeliharaan Tuhan. (Ulangan 9:4-6)
Sebab ketika kita mengesampingkan Tuhan dalam kesuksesan kita, maka dosa kesombongan akan meruntuhkan keberhasilan kita. Kesuksesan yg semestinya menjadikan kita semakin miskin dan rendah hati di hadapan Tuhan. Tiba-tiba menjadi sebuah berkat dari Tuhan akan menjadi jerat bagi kita umatNya, ketika kita melupakan Tuhan dan meninggikan/membanggakan diri sendiri. Artinya kita tidak lulus, ketika diberi ujian kelimpahan oleh Tuhan.
Doa kami:
Tuhan Yesus, ingatkanlah
selalu kepada kami umatMu, bahwa bukan karena kuat gagah kami, tetapi karena
RohMu-lah yg ada & tinggal bersama kami; sehingga bisa hidup sebagaimana
kami ada sekarang ini. Amin