“Jadi akhirnya, saudara-saudara,
semua yg benar, semua yg mulia, semua yang adil, semua yg suci, semua yg yg
manis, semua yg sedap, semua yg disebut kebajikkan dan patut dipuji;
pikirkanlah semuanya itu”. (Filipi 4:8)
Semua yang benar, yg mulia, yg adil, yg suci........ dll tsb diatas, adalah yg kita sebut sebagai hal-hal yg positip. Sedangkan semua yg tidak benar, yg tidak mulia, yg tidak adil dan yg tidak tidak suci....dll, adalah yg kita sebut sebagai hal-hal yg negatip.
Berpikir positip adalah sesuatu
hal yg begitu mudah diucapkan namun begitu sulit untuk dilakukan.
Namun, walaupun demikian sulit utk dilakukan, serta diluar sana ada banyak diberitakan hal-hal yg buruk atau negatip, tetapi sebagai manusia ternyata kebanyakan dari kita tetap lebih cenderung untuk memilih hal yg positip daripada yg negatip.
Namun, walaupun demikian sulit utk dilakukan, serta diluar sana ada banyak diberitakan hal-hal yg buruk atau negatip, tetapi sebagai manusia ternyata kebanyakan dari kita tetap lebih cenderung untuk memilih hal yg positip daripada yg negatip.
Hal ini dibuktikan dalam suatu
studi/penelitian yg diterbitkan oleh Proceeding of the National Academy of
Sciences, yg telah menganalisa hampir dua juta artikel di berbagai surat kabar dan jutaan buku, dan lebih dari 100
milliar situs online, tweeter, face book, lirik lagu, program TV, film dan
postingan di media sosial dari seluruh dunia. Suatu tim peneliti, yg dipimpin
oleh seorang professor dari departemen Matematik dan Statistik dari Universitas
Vermont, dengan menggunakan algoritma computer yg dinamakan Hedonometer, utk
menganalisa semua data tsb diatas. Dari analisa konten berbahasa Inggris,
Spanyol, Jerman, Rusia, China Arab, Korea dan Indonesia tsb; para peneliti
menemukan bahwa apapun medium atau bahasa yg dipakai , ternyata suasana hati
dari kebanyakan orang adalah mereka lebih banyak memilih untuk menggunakan bahasa
atau kata-kata yg positip daripada kata-kata yg negatip.
Jadi, walaupun media masa
seringkali memberitakan hal buruk & orang suka meng-unggah komentar negatip
di media sosial, para peneliti mendapatkan bahwa penggunaan kata-kata positip,
seperti “doa”, “keluarga”, “sehat”, “kasih”,“bahagia”; masih lebih besar
daripada penggunaan kata-kata negatip, seperti “tabrakan”, “penjara”, “korban’,
“pembunuhan”.
Salah satu contohnya : Ketika ada
berita bahwa teroris melakukan tindakan kejahatan, maka masyarakat cenderung
merespons dg doa dan memberikan dana sosial bagi para korban; atau ketika
wartawan meliput tentang kehancuran akibat longsor atau gempa bumi, maka
masyarakat cenderung berusaha mencari kisah kepahlawanan dari para tim
penyelamat, dan korban yg bertahan hidup. Jadi dari bencana atau peristiwa
buruk yg sedang diberitakan, selalu saja ada upaya/usaha untuk menetralkannya
dg menggunakan kata-kata/bahasa yg positip.
Karena itulah, sebagai umat
Tuhan, kita juga harus selalu belajar melatih diri untuk merubah cara berpikir
kita, terhadap segala sesuatu yg terjadi dilingkungan sekitar kita dengan berpikir
positip. (Roma 12:2)
Meskipun hal ini tidak mudah dilakukan, karena setiap hari ada begitu banyak peristiwa tentang kebohongan dan fakta yg diberitakan & terjadi disekekitar hidup kita. Seringkali juga ada banyak orang yg memutar balikkan suatu kebohongan menjadi fakta, dan fakta menjadi suatu kebohongan. Dan yang jadi pemenang adalah kebohongan. Sehingga sebagai umat Tuhan, kita jadi bingung dan tidak tahu lagi mana kebohongan dan mana fakta? Tetapi ada satu hal yg perlu kita ingat, bahwa Bagaimanapun juga, pada akhirnya kebenaranlah yg akan mengungkap semua kebohongan itu, dan menjadi pemenangnya.
Meskipun hal ini tidak mudah dilakukan, karena setiap hari ada begitu banyak peristiwa tentang kebohongan dan fakta yg diberitakan & terjadi disekekitar hidup kita. Seringkali juga ada banyak orang yg memutar balikkan suatu kebohongan menjadi fakta, dan fakta menjadi suatu kebohongan. Dan yang jadi pemenang adalah kebohongan. Sehingga sebagai umat Tuhan, kita jadi bingung dan tidak tahu lagi mana kebohongan dan mana fakta? Tetapi ada satu hal yg perlu kita ingat, bahwa Bagaimanapun juga, pada akhirnya kebenaranlah yg akan mengungkap semua kebohongan itu, dan menjadi pemenangnya.
Oleh sebab itu firman Tuhan dalam
nas tsb diatas katakan kepada kita, agar kita selalu berpikir tentang apa yg
benar yg mulia, yg adil, yg suci dan yg berkenan kepada Tuhan. Ia menasihatkan agar
kita selalu berpikir positip yaitu yg sesuai dg firman Tuhan, yg adalah
kebenaran.
Untuk itu, marilah kita juga mulai membiasakan diri dengan melakukan hal hal berikut ini, yakni untuk lambat dalam berkata-kata dan lambat juga utk marah. (Yakobus 1:19) Beberapa contohnya:
Untuk itu, marilah kita juga mulai membiasakan diri dengan melakukan hal hal berikut ini, yakni untuk lambat dalam berkata-kata dan lambat juga utk marah. (Yakobus 1:19) Beberapa contohnya:
Hari ini sebelum kita berkomentar/mengatakan
kata kata yg tidak baik tentang seseorang, seperti : gosip, dusta; pikirkanlah
apa akibatnya yg akan terjadi dengan orang tsb, oleh karena perkataan kita itu.
Hari ini sebelum kita mengeluh tentang rasa dari makanan yg kita santap, pikirkanlah tentang seseorang yg tidak mempunyai apapun untuk dimakan.
Hari ini sebelum kita kecewa & marah kepada seseorang yg bersalah kepada kita, pikirkanlah bahwa tidak ada seorangpun yg tidak luput dari sebuah kesalahan.
Hari ini sebelum kita mengeluh tentang rasa dari makanan yg kita santap, pikirkanlah tentang seseorang yg tidak mempunyai apapun untuk dimakan.
Hari ini sebelum kita kecewa & marah kepada seseorang yg bersalah kepada kita, pikirkanlah bahwa tidak ada seorangpun yg tidak luput dari sebuah kesalahan.
Renungan ini dikirimkan oleh
seorang saudari kita seiman dalam Tuhan, kawan sekerja Allah, yg tinggal di
Jawa Barat. Semoga bermanfaat dan Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Doa kami;
Tuhan Yesus, tolonglah kami agar
kami mampu melatih diri kami, untuk merubah cara berpikir kami seperti yg
dikatakan oleh firman Tuhan dalam nas tsb diatas. Amin