“Tetapi Ia akan menyelesaikan apa
yg ditetapkanNya atasku, dan banyak lagi hal yg serupa itu dimaksudkanNya”.
(Ayub 23:14)
Ada suatu kesaksian yg
luar biasa dari salah seorang saudari kita seiman didalam Tuhan:
Betapa Yesus Kristus, Tuhan kita,
adalah Allah yg menyelesaikan apa yang sudah ditetapkanNya atas kita :
Selama enam belas tahun kami diproses Tuhan hingga sekarang, begitu banyak mujizat yang sudah kami alami diantaranya, ketika di tahun 2012 saat itu anak kami yang pertama baru lulus SMA. Untuk bisa meneruskan sekolah ke Perguruan tinggi dengan kondisi kami saat itu, rasanya tidak mungkin karena kami benar-benar tidak mempunyai apapun yang bisa kami jual untuk biaya sekolah. Kami baru mulai usaha warung makanan yang hasilnya hanya cukup untuk makan. Saat itu anak kami sudah mendaftar untuk PTN dan ikut test tetapi tidak berhasil.
Selama enam belas tahun kami diproses Tuhan hingga sekarang, begitu banyak mujizat yang sudah kami alami diantaranya, ketika di tahun 2012 saat itu anak kami yang pertama baru lulus SMA. Untuk bisa meneruskan sekolah ke Perguruan tinggi dengan kondisi kami saat itu, rasanya tidak mungkin karena kami benar-benar tidak mempunyai apapun yang bisa kami jual untuk biaya sekolah. Kami baru mulai usaha warung makanan yang hasilnya hanya cukup untuk makan. Saat itu anak kami sudah mendaftar untuk PTN dan ikut test tetapi tidak berhasil.
Waktu itu saya duduk diam didepan
komputer sambil berdoa Tuhan kemana anak saya harus melanjutkan sekolah? Saya
browsing dapatlah salah satu universitas Kristen di Bandung, lalu saya isi formulir
pendaftaran online, setelah selesai keluar kalimat pendaftaran sudah ditutup.
Saya kecewa waktu itu tapi juga pasrah aja. Besoknya saya ditelpon dari
universitas tersebut minta anak saya ikut test saringan masuk. Hasil test lulus
kami senang, tetapi juga sedih karena harus bayar dengan keringanan cicilan
cuma 2x karena tahap akhir.
Waktu itu saya coba meminjam ke
salah satu saudara yang mampu tetapi apa yang saya terima kalimat yang tidak
enak dan bukannya membantu malah memarahi (kalau tidak mampu tidak usah
menyekolahkan anak, kamu harus punya deposito 1m untuk kuliah, saya hanya bisa
menangis dalam hati sedih sekali.
Malam hari sebelum hari terakhir bayar cicilan pertama kami sekeluarga berdoa, saat itu saya cuma bilang kalau ini memang kehendakMu, maka besok kami bisa membayarnya. Besoknya uang yang kami perlukan ada dan cukup pas seperti yg harus kami bayarkan, puji syukur pada Tuhan akhirnya anak kami bisa kuliah. Dilingkungan keluarga rupanya saya dengar mereka membicarakan saya yang katanya menyekolahkan anak ditempat yg mahal, padahal saya juga tidak tahu benar kalau universitas itu termasuk sekolah mahal, saya cuma melakukan bagian saya.
Malam hari sebelum hari terakhir bayar cicilan pertama kami sekeluarga berdoa, saat itu saya cuma bilang kalau ini memang kehendakMu, maka besok kami bisa membayarnya. Besoknya uang yang kami perlukan ada dan cukup pas seperti yg harus kami bayarkan, puji syukur pada Tuhan akhirnya anak kami bisa kuliah. Dilingkungan keluarga rupanya saya dengar mereka membicarakan saya yang katanya menyekolahkan anak ditempat yg mahal, padahal saya juga tidak tahu benar kalau universitas itu termasuk sekolah mahal, saya cuma melakukan bagian saya.
Menginjak semester 2 kami harus
membayar cicilan ke 2 yang lumayan besar satu setengah kali dari cicilan 1. Sebelum
ke kampus saya berlutut di kamar berdoa Tuhan saya tidak punya uang untuk
pembayaran cicilan sekolah anak kami, tapi saya percaya bahwa Engkau tidak
pernah setengah setengah, Engkau pasti menyelesaikan apa yang Tuhan sudah
mulai. Selesai berdoa saya berangkat ke kampus, ke bagian administrasi bertanya
sampai jam berapa pembayaran, mereka bilang sampai jam 12 malam karena sistem
transfer. Saya duduk di depan taman kampus, coba telpon salah satu keluarga mau
pinjam tidak ada,tidak lama kemudian orangtua saya telpon menanyakan saya
sedang apa, saya cuma bilang tunggu mujizat dari Tuhan mau bayar kuliah, mereka
bilang berapa ? saya sampaikan lalu mereka bilang ada barang yg bisa digadai
tapi nggak mungkin sekarang karena lokasi barang jauh jadi perlu waktu, saya
akhirnya pulang ke rumah, belum sampai rumah, saya ditelpon kalau uang sudah
ditransfer, puji Tuhan saya langsung menuju atm dan membayarnya.
Masuk semester 3 kondisi ekonomi
kami masih kurang bagus, pekerjaan suami tidak lama, harus menganggur lagi,
usaha juga harus ditutup karena yang punya tempat sudah tidak mengijinkan kami
berdagang lagi, akhirnya kami semakin buruk kondisi ekonominya. Anak yang ke 2
terpaksa tidak bisa melanjutkan ke PT (tertunda 1 th). Segala usaha dan
pekerjaan sudah dicoba ternyata masih tidak memuaskan hasilnya cuma cukup untuk
makan. Tapi bersyukur atas pertolongan Tuhan, suami saya dapat kerjaan selama 2
minggu hasilnya bisa buat tambahan bayar kuliah anak kami.
Demikian juga saat semester 4, atas jamahan Tuhan salah satu saudara yang selalu bilang tidak ada kalau kita pinjam, mau membayar kuliah anak kami tersebut selama 2 semester. Semua kalau bukan Tuhan yang menggerakan tidak akan terjadi. Karena sudah tidak ada yang mau bantu, saya pernah bilang ke anak kami untuk cuti saja kuliahnya karena kami masih belum baik kondisinya, tetapi Tuhan tidak pernah berhenti menolong setiap apa yang anak kami tersebut butuhkan selalu ada.
Demikian juga saat semester 4, atas jamahan Tuhan salah satu saudara yang selalu bilang tidak ada kalau kita pinjam, mau membayar kuliah anak kami tersebut selama 2 semester. Semua kalau bukan Tuhan yang menggerakan tidak akan terjadi. Karena sudah tidak ada yang mau bantu, saya pernah bilang ke anak kami untuk cuti saja kuliahnya karena kami masih belum baik kondisinya, tetapi Tuhan tidak pernah berhenti menolong setiap apa yang anak kami tersebut butuhkan selalu ada.
Terakhir setelah tidak ada
saudara yang membantu, Tuhan kirim seorang sahabat SMA suami, bukan suatu
kebetulan, tetapi sudah kehendak Tuhan setelah hampir 20 th tidak bertemu, dia
telah membantu biaya sekolah anak anak kami hingga sampai saat ini. DIa tetap
komit untuk membantu biaya sekolah anak anak kami. Dan Firman ini terjadi pada
kami, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat
yang lebih karib dari pada seorang saudara" (Amsal 18:24). Disaat saudara
sendiri tidak perduli lagi.
Tuhan sungguh luar biasa pada
orang yang mau tetap taat dan setia serta hidup benar dihadapanNya. Sekarang
anak kami tersebut sudah lulus berkat Tuhan yang tidak pernah berhenti menolong
dan mencukupi semua kebutuhannya. Kami bersyukur dengan kondisi kami karena
kami bisa melihat kemuliaan Tuhan dan belajar banyak hal bahwa kita hidup adalah
untuk menjadi berkat bagi orang lain dan bukan untuk kesenangan dan keinginan
sendiri. Masih banyak yang harus kita lakukan selain untuk kepuasan diri.
Ukuran keberhasilan setiap orang berbeda, kemiskinan bukan berarti orang itu
malas, tetapi setiap orang punya kehidupan yang sudah ditentukan dan punya
kebebasan untuk memilih oleh Tuhan. Kami juga belajar bagaimana berserah kepada
Tuhan. Kami belajar agar iman kami lebih kuat dari kekuatiran dan ketakutan
kami. Demikian kesaksian ini, agar bisa menguatkan kepercayaan kita pada Tuhan
Yesus yang kita sembah adalah Allah yang hidup dan tidak pernah terlambat
menolong kita. Lakukanlah apa yang menjadi bagian kita, biar Tuhan melakukan
bagianNya dan percayalah mujizat masih ada.Tuhan Yesus memberkati semua yg
sudah membantu kami, dan juga memberkati
kita semua pembaca renungan pdairhidup. Amin
Doa kami: Tuhan Yesus,
teguhkanlah iman kami senantiasa bahwa Engkaulah Tuhan Allah kami yg hidup, yg
tidak pernah terlambat menolong kami dan menyelesaikan apa yg sudah Kau
tetapkan bagi kami. Amin