“Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukkan , jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam peselisihan dg iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya”. (Roma 13:13-14).
Bagi kita yg sudah
lama menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus atau sebagai orang Kristen (Kisah
Para Rasul 11:26), tapi masih tetap saja dalam hidup dalam dosa, dalam pesta
pora, kemabukkan miras/narkoba, percabulan & hawa nafsu, pertengkaran, iri
hati, cinta uang, serakah, sombong.... dll; maka firman Tuhan diatas mengajak
kita semua, agar mulai sekarang kita segera bertobat dan kembali ke jalan Tuhan
selama masih ada waktu (2 Korintus 6:2) !
Sebagai salah satu
contohnya dalam renungan ini adalah santo Agustinus : Dia dilahirkan pada
tanggal 13 November 354 di Tagaste, Algeria sekarang Aljazair, Afrika Utara.
Ayahnya bernama Patrisius, seorang kafir tetapi memohon dibaptis menjelang
kematiannya. Ibunya bernama Monika, seorang Kristen Katolik yang saleh. Ibunya mendidik ketiga
putera-puterinya dalam iman Kristen. Keluarga Agustinus tergolong “honestiores” yaitu suatu
kelompok warga negara kelas atas yang dikenal sebagai orang-orang kaya raya
& terhormat. Namun
demikian, menginjak dewasa Agustinus mulai berontak dan hidup liar. Pernah
suatu ketika dia dan teman-temannya mencuri buah-buahan pir yg sebenarnya tidak
disukainya, milik seorang petani miskin, untuk dilemparkannya kepada babi-babi.
Lalu pada umur 29
tahun Agustinus dan Alypius, sahabatnya, pergi ke Italia. Agustinus menjadi
mahaguru terkenal di Milan. Tetapi sementara itu, hatinya selalu merasa
gelisah. Sama seperti kebanyakan dari kita di zaman sekarang, dia mencari-cari
sesuatu dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Antara lain selama 9 tahun lamanya dia menganut
aliran Manikisme, yg menolak Allah dan mengutamakan rasionalisme. Dia menjalani
hidup yg hedonis, yaitu hidup menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan
sebanyak mungkin, dan bergaul dengan orang muda lainnya yang membanggakan eksploitasi seksual
mereka. Tetapi tanpa
kehadiran Tuhan dalam hidupnya, jiwanya itu tetap terasa kosong. Semua
buku-buku ilmu pengetahuan telah dibacanya, tapi dia tidak menemukan kebenaran
dan ketentraman jiwa.
Sejak awal tak
bosan-bosannya ibunya menyarankan kepada Agustinus untuk membaca Kitab Suci di
mana dapat ditemukan lebih banyak kebijaksanaan dan kebenaran daripada dalam
ilmu pengetahuan. Tetapi, Agustinus meremehkan nasehat ibunya. Kitab Suci
dianggapnya terlalu sederhana dan tidak akan menambah pengetahuannya sedikit
pun. Namun pada usia 31 tahun, Agustinus
mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta
berkat ajaran santo Ambrosius, Uskup kota Milan ketika itu. Namun demikian dia
belum bersedia dibaptis, karena belum siap untuk mengubah sikap hidupnya. Sampai
pada suatu hari, dia mendengar tentang dua orang yang serta-merta bertobat
setelah membaca riwayat hidup Santo Antonius sang pertapa.
Agustinus merasa malu karenanya. “Apa ini yang kita lakukan?” teriaknya kepada sahabatnya
Alypius. “Orang-orang yang tak terpelajar memilih sorga dengan berani. Tetapi
kita, dengan segala ilmu pengetahuan kita, dg demikian pengecut sehingga kita terus
hidup bergelimang dosa!”
Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?” Sekonyong-konyong dia mendengar seorang anak menyanyi, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat firman Tuhan tsb dalam nas diatas. Ini dia jawabannya !
Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?” Sekonyong-konyong dia mendengar seorang anak menyanyi, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat firman Tuhan tsb dalam nas diatas. Ini dia jawabannya !
Dan sejak saat itu,
Agustinus memulai hidup baru, pada tanggal 24 April 387 Agustinus dibaptis oleh
Uskup Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan. Lalu dengan
beberapa teman dan saudara seiman, mereka hidup bersama dalam doa dan meditasi.
Pada tahun 388, setelah ibunya wafat, Agustinus menjual segala harta miliknya
dan membagi-bagikannya kepada mereka yang miskin papa. Dia sendiri mendirikan
sebuah komunitas religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka Agustinus
bersedia menjadi imam dan hidup selibat. Empat tahun kemudian Agutinus diangkat
menjadi Uskup kota Hippo.
Semasa hidupnya
Agustinus adalah seorang pengkhotbah yang ulung. Banyak orang yg tak percaya
kembali ke gereja Katolik, sementara orang-orang Katolik semakin diperteguh
imannya. Agustinus menulis surat-surat, khotbah-khotbah serta buku-buku dan mendirikan
biara di Hippo untuk mendidik biarawan-biarawan agar dapat mewartakan injil ke
daerah-daerah lain, bahkan ke luar negeri. Gereja Katolik di Afrika mulai
tumbuh dan berkembang pesat.
Jadi tidak peduli seberapa
jauh kita telah menyimpang/menjauh dari Tuhan, tetapi Tuhan selalu siap untuk membawa kita
kembali kepadaNya. Sama seperti halnya Agustinus, seorang kafir yang dipanggil
menjadi seorang Uskup, kita pun juga dapat bertumbuh dalam kasih dan kuasa
Tuhan.
Doa kami:
Tuhan Yesus,
tolonglah & sadarkanlah kami agar kami dapat segera bertobat dan kembali
kepadaMu, selama masih ada waktu perkenananMu. Amin