“Orang yg sangat
cepat marah akan kena denda”. (Amsal 19:19)
Maksudnya “kena
denda” dalam nas tsb diatas yaitu jikalau kita adalah seorang yg cepat marah
meskipun marahnya mungkin hanya dalam hati kita
saja, maka kita akan menjadi bodoh
(Pengkhotbah 7:9), yg gampang diperdaya, dimanfaatkan, atau dikalahkan oleh
orang lain atau oleh lawannya.
Sebagai orang yg percaya kepada Tuhan, kita perlu banyak
membaca, merenungkan dan melakukan firmanNya sesering mungkin dan kalau bisa
setiap hari. Sebab dalam Alkitab banyak diajarkan cara-cara utk hidup bijaksana,
menjadi berkat bagi sesamanya dan menjadi pemenang, yakni tidak mudah
dikalahkan atau dimanfaatkan oleh orang lain ataupun oleh lawan-lawan kita.
Contohnya, dalam renungan pd airhidup kemarin telah dibahas, agar kita jangan
jadi orang yg angkuh atau sombong dan
juga jangan suka meninggikan diri. Pertama karena Yesus Kristus Tuhan kita,
adalah Allah yg rendah hati dan lemah lembut, Ia tidak suka kepada umatNya yg angkuh/sombong
dan juga tidak suka kepada orang yg suka meninggikan diri. Dan kedua kalau kita
suka sombong atau suka meninggikan diri maka suatu saat kita akan kena batunya
sendiri, yakni akan dipermalukan dan atau direndahkan.
Sekarang kita akan membahas
tentang “marah”. Kita perlu mengikuti apa yg dikatakan Tuhan yg didalam Alkitab
tentang amarah. Kita sih...boleh-boleh saja marah, tetapi janganlah sampai kita
berbuat dosa. (Efesus 4:26) Misalnya : Terus-terusan marah sampai lewat satu
hari, bahkan terus-terusan merasa marah sampai berhari-hari berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Dalam hal ini kita sudah memberi kesempatan kepada si iblis yg
akan membuat amarah kita, menjadi suatu sakit hati & dendam, dan membuat
kita ingin balas dendam. Padahal hak pembalasan atas perkataan, sikap atau
perbuatan jahat sesorang terhadap kita adalah haknya Tuhan. Kita tidak berhak
utk balas dendam terhadap orang yg menyakiti hati kita atau berbuat jahat
terhadap kita.
Kalau kita renungkan
ayat-ayat firman Tuhan dalam Alkitab tentang marah, maka kita akan dapati bahwa
“Kemarahan” kita tidak akan memberi hasil yang efektip/berguna, selain hanya membuat
kita merasa puas sesaat, tetapi kemudian akan membuat kita menyesal
berkepanjangan. Terutama apabila kita luapkan kemarahan kita itu terhadap
orang-orang yg kita kasihi atau dekat dg kita. Misalnya pasangan hidup kita
atau sahabat kita.
Ketahuilah bahwa sangatlah
sulit atau bahkan mustahil bagi kita untuk “bisa marah dengan bijaksana”.
Kebanyakan justru sebaliknya, yakni marah secara membabi buta & sekedar
melampiaskan emosi. Hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru
memperbesar masalah.
Supaya kita tidak
mudah terperangkap dalam kemarahan yang merugikan diri sendiri, cobalah
menghindar dari kemarahan dengan mengalihkan perhatian kita kepada sesuatu yg
lain. Contohnya: Ketika mau marah, kita coba stop dulu sebentar dg minum
segelas air sejuk, lalu alihkan perhatian kita kepada cerita tentang kepiting.
Mengapa demikian?
Karena kepiting
adalah binatang yg mudah ditangkap & terperangkap oleh kemarahannya. Asalkan
kita masukkan saja seutas tali yg sudah diberi batu sebagai pemberat kedalam
lubang kepiting, lalu senggol-senggolkan ke badan si kepiting, maka karena
marah, kepiting itu akan menjepit tali pemberat tersebut dengan sangat kencang
dan tidak melepaskannya. Nah, setelah itu tinggal kita angkat saja pancingnya.
Kita kan..... tidak
mau menjadi seperti kepiting yg mudah terkena pancing itu, yg lalu dimangsa oleh yg
memancingnya. Sebab kita akan rugi besar....Bisa kehilangan keuntungan, atau sahabat
atau orang yg kita kasihi dll. Sebaliknya marilah kita menjadi orang yg cepat
utk mendengar, tetapi lambat utk berkata-kata, dan juga lambat marah, sesuai
hikmatNya yg disampaikan melalui rasul Yakobus kepada kita umatNya. (Yakobus
1:19)
Doa kami:
Tuhan Yesus, mampukanlah
kami agar dapat menjadi orang yg bisa mengendalikan diri kami. Amin