Pengumuman

Selamat Datang di Blog Persekutuan Doa Air Hidup.


Tuhan Yesus Memberkati.
ENTER

Anda rindu ingin membagikan berkat berupa renungan atau kabar gembira atau kesaksian pribadi? Kirim ke pdairhidup@gmail.com
POSTED BY Persekutuan Doa Air Hidup on 05.11 under


“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yg tunggal, supaya setiap orang yg percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yg kekal”. (Yohanes 3:16)





Ini adalah suatu kesaksian dari Jim Caviezel, pemeran Yesus dalam The Passion of the Christ yg sangat menyentuh hati : Saya tidak pernah membayangkan bahwa tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada yg saya bayangkan, antara lain : Salib yang digunakan, diusahakan se-asli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Lalu ketika mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, para kru film mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga. Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu.

Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru film mengira itu suatu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel Gibson menjenguk saya, lalu saya berkata padanya bahwa saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan se-menyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau saya memikul salib itu, maka marilah kita teruskan film ini. Kemudian mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin sangat mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting pencambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan pelindung transparan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.

Tapi bagian tersulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia saat itu hawanya sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan angin dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dingin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena "hypothermia", seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membuat saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-ke adegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa dan berseru kepada Tuhan bahwa saya tidak mampu lagi, lalu memohon Tuhan agar memberi kekuatan bagi saya untuk dapat melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana ketika itu Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Tuhan bukan sekedar mati disalib, tetapi juga mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisikNya maupun jiwaNya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Saya ketakutan saat tergantung diatas kayu salib itu, dan saya adalah objek yang paling tinggi untuk dapat dihantam oleh petir. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, tiba-tiba saja sebuah petir menghantam & membuat saya kesakitan luar biasa, disertai cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang. Dan sayapun tidak sadarkan diri. Yang saya tahu kemudian ada banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!”.  Apa yang telah terjadi? tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah petir telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh suatu mujizat & karena perlindungan Tuhan saja, bahwa saya dapat selamat dari peristiwa itu.

Merenungkan semuanya itu, seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun selama itu benar, kita harus terus melangkah. Itu adalah suatu bentuk ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian. Selama syuting film itu ada suatu hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara & memampukan saya utk memerankan diriNya sendiri.
Itu adalah suatu pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, dia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu sudah begitu menyentuhnya.

Dan Tuhan itu sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan yg mengatakan bahwa karir saya akan terhenti tidaklah terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Tetapi saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran setelah saya memerankan film ini. Sebab sejak saya banyak bergumul & berdoa dalam film itu, maka “berdoa” telah menjadi suatu kebiasaan yang tidak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup kita sema. Sungguh betapa besarnya kasih Tuhan bagi kita semua manusia ciptaanNya. Renungan ini dikirimkan bagi kita semua dari salah seorang saudara  kita seiman. Semoga bermanfaat dan Tuhan memberkati kita semua.


Doa kami:
Tuhan Yesus, tolonglah kami utk dapat lebih menyadari betapa besarnya kasihMu, kerelaanMu, pengorbananMu & penderitaanMu sampai mati diatas kayu salib bagi kami semua manusia ciptaanMu. Amin


0 comments so far:
-->

Copyright 2012 Persekutuan Doa Air Hidup | Halaman ini adalah ruang maha kudus Tuhan, dimana kita menikmati hadiratNya, firmanNya, kasihNya, kuasaNya, berkatNya, didikanNya, pimpinanNya, penghiburanNya, perlindunganNya dan segalaNya. Jadi bukanlah halaman untuk berbinis atau segala macam bentuk kegiatan duniawi. Tuhan berkati. Amin