“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi dia
kehilangan nyawanya”. (Markus 8:36)
Sebagai orang-orang yg
percaya kepada Tuhan, kita seringkali kurang dalam dan kurang luas dalam meng-artikan
atau menafsirkan firman Tuhan yg tersebut dalam nas diatas.
Nyawa atau hidup
seeorang, bukanlah hanya tentang hidup atau mati saja, tetapi juga tentang
kualitas daripada hidup orang itu.
Utk penjelasannya marilah
kita bahas dg narasi tsb dibawah ini :
Konon, pada suatu hari,
ada seorang kaya raya, yg mengajak anaknya yg masih kecil utk pergi ke suatu
kampung. Dia ingin menunjukkan kepada anaknya bahwa betapa seseorang bisa jadi
miskin. Lalu mereka bermalam disuatu peternakan milik keluarga orang miskin
tsb.
Dalam perjalanan pulang
kerumahnya, si ayah menanyakan kepada anaknya : Bagaimana perjalananmu nak,
apakah menyenangkan?
Luar biasa sekali, ayah! jawab si anak itu. Apa yg kamu pelajari dari perjalananmu itu,
nak ? tanya ayahnya.
Anaknya itu
menjawab: Kita punya seekor anjing,
mereka punya enam ekor anjing. Kita punya kolam renang utk berenang, mereka
punya sungai. Kita membeli makanan kita, mereka menanam bahan makanan
mereka. Kita punya lampu-lampu sebagai
penerang, mereka mempunyai bintang-bintang sebagai penerang. Kita punya tembok-tembok utk melindungi diri
kita, tapi mereka punya teman-teman yg melindungi mereka. Kita punya televisi
utk menyibukkan diri kita, tetapi mereka punya waktu utk berkumpul bersama-sama.
Kita punya dunia, tetapi mereka punya Tuhan.
Ayahnya tidak bisa berbicara
apa-apa ketika anaknya berkata-kata demikian dan menyadari bahwa ada sesuatu yg
kurang dalam hidupnya. Terima kasih ayah, engkau telah menunjukkan kepada saya,
betapa miskinnya kita......! lanjut si anak itu.
Moral dari kisah diatas
adalah: Bukanlah uang yg membuat nyawa/hidup kita kaya raya, tetapi
kesederhanaan, kasih, belas kasihan, persahabatan, nilai, keluarga......dan
hubungan kita dg Tuhanlah yg membuat nyawa/hidup kita kaya raya.
Kalau kita selalu sibuk
dari pagi sampai malam setiap hari dari muda sampai kita tua & jadi
sakit-sakitan, supaya kita jadi kaya raya & berkuasa, maka sebenarnya kita ini
sudah menyia-nyiakan waktu kita utk berkumpul bersama utk keluarga dan membina
hubungan dg mereka.
Kita juga sudah
menyia-nyiakan waktu yg indah ketika masih ada waktu utk dapat setiap hari
bersekutu dg Tuhan , berdoa & beribadah kepadaNya di gereja bersama
saudara-saudari kita seiman, memuji dan memuliakan serta menyembahNya. Kita juga
sudah kehilangan waktu utk kita dapat saling mengasihi dan saling tolong
menolong dg saudara, sahabat dan sesama kita. Sebab hidup kita selalu
disibukkan dg hal-hal yg sangat duniawi
& telalu wah..., sehingga kita melupakan kesederhanaan &
keberadaan dari kehidupan yg ada disekeliling kita, dan juga kita tidak dapat
menghargai arti nilai atau persahabatan dari kehidupan ini.
Pada saat kita tua dan
sudah sakit-sakit-an, maka ita tidak dapat memberikan apapun utk
menggantikannya, sebab semuanya itu sudah terlambat. (Markus 8:37) Keluarga
kita sudah masing-masing berdiri sendiri & sibuk dg keluarganya
masing-masing. Dan kita juga sudah sulit utk dapat berdoa dan bersekutu dg
Tuhan, terutama ketika keadaan jasmani kita sudah lemah dan sakit-sakitan. Kita
tidak dapat lagi tolong menolong dg sahabat atau sesama kita. Demikian juga
sebenarnya kita telah kehilangan arti daripada kehidupan ini.
Ada banyak orang kristen, yg hidupnya seperti demikian, dan salah
satu contohnya dari hal itu sudah kami lihat dan terjadi dg kehidupan ibu
mertua saya sendiri. Dan masih ada banyak lagi contoh2 lainnya.
Doa kami:
Tuhan Yesus, terima kasih
Tuhan, Engkau sudah menyingkapkan firmanMu lebih dalam lagi bagi kami. Amin