“Pikullah kuk yg Kupasang
dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan”. (Matius 11:29)
Ada seorang umat Tuhan
bercerita tentang kisah hidupnya kepada saya, bahwa dia adalah seorang anak
sulung dari empat bersaudara. Mereka berasal dari suatu keluarga kristen.
Tetapi karena dia adalah anak yg sulung, dialah yg selalu yg diandalkan oleh
kedua orang tuanya utk membantu dan menolong adik-adiknya. Tetapi dia mempunyai
suatu sifat buruk yg diturunkan dari keluarga ibunya. Keluarga ibunya, paman
dan bibinya semua mempunyai sifat buruk yg serupa. Yaitu masing2 tidak mau
saling mengalah satu terhadap yg lain.
Rupanya sifat buruk ini
juga menurun kepada dia dan tiga orang adik-adiknya. Ketika adik-adik masih
kecil, tentu saja dia sebagai anak sulung selalu yg lebih hebat, lebih pandai
dan lebih banyak uang dll. Sebab dia sudah bisa bekerja mencari nafkah, tetapi
adik-adiknya barusan lulus dari universitas dan baru mulai mencari pekerjaan
atau mencari nafkah. Selama sekitar tigapuluh lima tahun karirnya berhasil dan
banyak penghasilannya. Adik-adiknya menyeganinya dan menghormatinya, sering
minta tolong & saran darinya.
Tetapi beberapa waktu
kemudian dia ingin berhenti bekerja ,lalu berusaha sendiri. Usahanya juga lumayan
maju dan diberkati Tuhan, sampai sekitar lima tahun yg lalu.
Awal mula kesalahannya adalah
ketika dia diberkati Tuhan dan dibuatNya berhasil, dia tidak bijaksana dalam
pengeluaran uang, royal & sembarangan memakai uangnya, telalu percaya diri
dan membuatnya jadi sombong terhadap adik-adiknya. Tetapi ketika resesi global terjadi
dan datang melanda, usahanya macet & tidak menghasilkan uang. Sehingga uang
simpanannya sedikit habis digerogoti oleh biaya keperluan hidup sehari-hari yg
cukup besar setiap bulannya. Kemudian dia butuh banyak uang utk bayar biaya
pernikahan anaknya, ditambah lagi dia tiba-tiba menderita sakit berat yg
membutuhkan sangat banyak biaya. Sekarang dia &istrinya hidupnya
berkekurangan, tidak ada pemasukkan, yg ada hanya pengeluaran uang saja setiap
harinya. Mereka harus merelakan utk menjual mobil, dan permata berlian berharga
yg masih dia punyai. Dia tidak lagi dihormati atau disegani oleh adik-adiknya.
Saat itulah dia barusan merasakan timbulnya suatu rasa iri hati, marah jengkel dan
juga sakit hati terhadap adik-adiknya yg sekarang lebih sukses/berhasil
daripadanya. Tetapi dia tidak bisa
ungkapkan semuanya itu, dia hanya berdiam diri saja dan meng-iyakan saja,
ketika misalnya di hari Natal dia berkumpul bersama dg ibunya & adik-adik
& iparnya yg menyombongkan dirinya dan tidak mengacuhkannya. Dia hanya menyimpan
semuanya ini dalam hatinya, sambil menyesali & mengakui semua dosa &
kesalahannya kepada Tuhan. Akibat kesalahannya ini, maka istrinya juga jadi
turut menderita. Namun untung saja
anak-anaknya semua sudah bisa menghidupi diri mereka masing-masing.
Namun ketika dia sedih,
jengkel, marah, iri, sakit hati dan frustasi dg keadaaan ini; dia membaca
Alkitab dan dalam kitab Roma 12:21, dia membaca firman Tuhan berkata: Jangan
kamu kalah terhadap kejahatan tetapi kalahkanlah kejahatan dg kebaikkan!
Demikian juga dia membaca firman Tuhan bahwa Pembalasan itu adalah hakKu.
Akulah yg akan menuntut pembalasan. (Roma 12:19)
Dan sejak saat itu, dia
berusaha sekuat tenaga membuang semua rasa iri, marah, kesal dan sakit hatinya
dan mengampuni semua tindakan adik-adik dan iparnya kepadanya. Dia tidak mau
ingat-ingat lagi itu semua. Dan mulai memberkati mereka semua dalam doa, agar
mereka diberkati Tuhan dg hidup yg berlimpah, bahagia, damai dan rukun. (Matius
5:44 dan Roma 12:17) Dia belajar dg sekuat tenaga untuk bersikap rendah hati
& berbicara dg ramah dan menyapa adik adiknya & iparnya melalui telpon,
ataupun ketika bertemu dg mereka. Dia tidak mau iri atau marah atau kesal atas
keberhasilan atau kesombongan mereka.
Meskipun agak kaku pada awalnya, tetapi dia bisa sedikit demi sedikit mulai
mengampuni mereka dan tidak iri, marah atau kesal lagi kepada mereka. Sebab dia
ingat bahwa pembalasan adalah haknya Tuhan dan nanti juga Tuhan yg akan
menghakimi mereka masing-masing. Dan sekarang dalam hidupnya ada ketenangan! Puji Tuhan.
Itulah suatu pelajaran
berharga bagi kita semua yg membaca renungan pdairhidup. Marilah kita belajar
rendah hati dan lemah lembut dari Tuhan dan
memikul kuk yg Tuhan pasang dalam hidup kita. Dan ternyata menyangkal diri
kita, kedagingan, sakit hati, kemarahan, kesal & iri hati itu, tidaklah
berat kalau kita lakukan bersama Roh Kudus yg tinggal didalam kita. (Matius
11:30)
Doa kami:
Tuhan Yesus, tolonglah
dan mampukanlah kami untuk bisa belajar rendah hati dan lemah lembut
daripadaMu. Amin.