“Dan aku mendengar suara
dari sorga berkata: Tuliskan: Berbahagialah orang-orang yg mati dalam Tuhan ,
sejak sekarang ini. “Sungguh”, kata Roh, supaya mereka boleh beristirahat dari
jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka”. (Wahyu
14:13)
Ada sebuah cerita tentang
dua orang kawan yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah
perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang menampar temannya. Orang yang
kena tampar merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di
atas pasir: "Hari ini, kawan baik-ku menampar pipiku."
Mereka terus berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah oasis/sumber mata air. Mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya itu, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, tetapi dia berhasil diselamatkan oleh kawannya. Ketika dia siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis/menggoreskan suatu tulisan di atas sebuah batu: "Hari ini, kawan terbaikku menyelamatkan nyawaku."
Orang yang menolong dan menampar kawannya itu, bertanya "Kenapa tadi setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir dan sekarang menuliskan ini di batu?" Sambil tersenyum kawannya itu menjawab, "Ketika seorang kawan melukai hati kita, kita harus menulisnya di atas pasir, supaya ketika angin datang berhembus, maka angin akan menghapus tulisan itu, dan membuat kita segera melupakannya. Tetapi apabila ada suatu perbuatan baik yg dilakukan oleh kawan kita atau sesama kita, maka kita harus menuliskannya/menggoreskannya di atas batu atau di loh hati kita, agar takkan pernah bisa hilang tertiup oleh angin dan membuat kita akan selalu mengingat kebaikkannya".
Mereka terus berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah oasis/sumber mata air. Mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya itu, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, tetapi dia berhasil diselamatkan oleh kawannya. Ketika dia siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis/menggoreskan suatu tulisan di atas sebuah batu: "Hari ini, kawan terbaikku menyelamatkan nyawaku."
Orang yang menolong dan menampar kawannya itu, bertanya "Kenapa tadi setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir dan sekarang menuliskan ini di batu?" Sambil tersenyum kawannya itu menjawab, "Ketika seorang kawan melukai hati kita, kita harus menulisnya di atas pasir, supaya ketika angin datang berhembus, maka angin akan menghapus tulisan itu, dan membuat kita segera melupakannya. Tetapi apabila ada suatu perbuatan baik yg dilakukan oleh kawan kita atau sesama kita, maka kita harus menuliskannya/menggoreskannya di atas batu atau di loh hati kita, agar takkan pernah bisa hilang tertiup oleh angin dan membuat kita akan selalu mengingat kebaikkannya".
Dalam hidup ini, ada
kalanya kita dan orang terdekat kita berada dalam situasi yang sulit, antara
lain ketika terjadi konflik/perbedaan pendapat karena sudut pandang yg berbeda,
yang kadang-kadang dapat menyebabkan kita saling mengatakan atau melakukan
hal-hal yang menyakiti satu sama lain. Disaat yg demikian, sebelum kita
menyesal di kemudian hari, cobalah untuk segera saling memaafkan/mengampuni dan tidak
mengingat-ingat kesalahan/perbuatannya lagi. Sebab itulah yg Tuhan inginkan
dari kita umatNya, yakni agar kita mengampuni kesalahan orang lain, maka Tuhan-pun akan mengampuni kesalahan kita juga. (Matius 6:14)
Tetapi sebaliknya kalau
ada suatu perbuatan yg baik dari orang yg terdekat dg kita, hendaknya kita
selalu mengingat-ingat budi kebaikkannya itu dan jangan melupakannya. Sebab
Tuhan-pun selalu mengingat perbuatan baik kita sampai selamanya, maka kita umatNya
juga perlu mengikuti teladan Tuhan ini, yakni agar selalu mengingat-ingat
segala perbuatan baik dari orang yg terdekat dg kita/sesama kita itu. (Wahyu
14:13)
Contoh:
Ada seorang gadis kecil
yg merasa malu karena mata ibunya buta sebelah. Tetapi ibunya tidak pernah
menceritakan kenapa matanya buta. Setelah dewasa gadis itu menikah dan menjadi
seorang yg sukses. Tetapi sekalipun dia tidak mau menceritakan tentang ibunya
yg buta matanya sebelah kepada suaminya ataupun teman-temannya, sebab dia
merasa malu atas keadaan ibunya itu. Tetapi pada suatu saat ibunya menulis
surat kepadanya bahwa dia sangat menyayangi anak gadisnya itu, dan dia tidak
bisa datang kerumah anaknya yg tinggal jauh di luar negri. Suatu saat anak
perempuannya itu mampir ke Indonesia dan menjenguk ibunya dan dia mendapatkan
ibunya sedang sakit keras, dan ibunya itu hanya memberikannya sebuah amplop dg secarik kertas didalamnya.
Di kertas ditulis ada tulisan ibunya, bahwa dulu ketika kamu masih kecil karena kecelakaan,
mata kamu buta sebelah. Lalu saya pikir lebih baik saya sumbangkan mata saya ini
untuk anak saya yg masih kecil ini, supaya hidupnya nanti tidak menderita sebab
hanya punya mata sebelah. Jadi meskipun kamu malu punya ibu yg bermata satu, tetapi
ibu menerimanya saja. Ketika itu juga anak perempuannya itu menangis minta
ampun kepada ibunya dan menyesali atas dosanya sebab dia tidak tahu akan kebaikkan & pengorbanan ibunya yg bergitu besar.
Doa kami:
Tuha Yesus, mampukanlah
kami untuk dapat selalu melakukan firmanMu/perintahMu sepanjang umur hidup
kami. Amin