“Ia (=kasih) menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu”. (1 Korintus 13:7)
Itu adalah salah satu pengertian daripada kasih atau cinta yg sejati. Dan tanpa kasih yg demikian (1 Korintus 13:4-10), maka walaupun kita mempunyai dan mengetahui segala sesuatu atau mau berbagi/mau berkorban apapun, maka kita sama sekali tidak berguna. (1 Korintus 13:1-3) Dengan mempunyai kasih yg demikian, maka kalau kita mengasihi seseorang, tentunya kita mau sungguh-sungguh berkorban dg tulus dan tanpa pamrih demi orang yg kita cintai itu agar dia bahagia.
Misalnya:
Kita adalah seorang suami yg mencintai istri kita, maka tentunya kita akan
memelihara & memupuk cinta/kasih kita kepadanya dan kita tidak akan
bersikap kasar terhadapnya, apalagi berbuat kasar kepadanya. (Kolose 3:19) Malahan kita sebagai suami harus berani &
rela berkorban demi istri kita, yaitu sama seperti Yesus Kristus telah
mengasihi kita jemaatNya sampai rela mati diatas kayu salib untuk menebus
segala dosa & kesalahan kita. (Efesus 5:25-26) Misalnya: Ketika kita
mengetahui bahwa istri kita telah berselingkuh dg orang lain, seharusnyalah
kita mau menginterospeksi semua kesalahan & perbuatan kita sendiri, mengapa
istri kita sampai bertindak demikian?
Dan seharusnyalah pula kita mau mengampuni kesalahan & dosanya dan
tetap mengasihinya; bukan malahan
menceraikannya. Demikian juga ketika
istri kita menghadapi bahaya, maka tentunya kita sebagai suaminya rela
melakukan apa saja agar istri kita terlepas dari bahaya tsb. Seperti juga raja
Daud yg berani berperang dg para perampok dari suku Amalek yg jumlahnya jauh
lebih banyak daripada Daud & laskarnya, demi merebut kembali para istri dan
anak-anak mereka serta harta benda mereka yg dirampok dan diculik oleh
orang-orang Amalek tsb. (1 Samuel 30:16-20) Dan hal yg serupa contoh diatas
juga berlaku sebaliknya bagi seorang istri yg mencintai suaminya.
Demikian
juga kalau kita mengasihi anak-anak kita, maka tentunya kita juga tulus &
tanpa pamrih menerimanya kembali sebagai anak, walaupun dia telah menyakiti
& berbuat jahat terhadap kita orang tuanya. Seperti contoh dalam Alkitab
tentang perumpamaan “anak yg hilang yg kembali kepada ayahnya”. Padahal anak
itu telah menyakiti & berbuat jahat kepada ayahnya, dengan meminta warisan
dari ayahnya padahal ayahnya masih hidup dan pergi meninggalkan ayahnya.
Kemudian ketika uangnya sudah habis dan dia menjadi miskin & hidup merana,
dia bertobat atas kesalahannya lalu kembali kepada ayahnya; maka ayahnya pun
tetap menerima dia dg sukacita dan mengampuni semua
perbuatannya&kesalahannya. (Lukas 15:11-24) Dan hal yg serupa diatas juga
berlaku sebaliknya bagi seorang anak terhadap orang tuanya.
Contoh-contoh
diatas hanyalah salah suatu aspek dalam kehidupan kita sebagai manusia yaitu
aspek keluarga/rumah tangga. Sedangkan dalam kehidupan kita ini, ada banyak
sekali aspek lainnya. Misalnya aspek studi, karir, pekerjaan, usaha, iman
kepada Tuhan, pelayanan bagi Tuhan & sesama, bermasyarakat, kesehatan
tubuh, kebutuhan & kedamaian hidup, masa depan...dll.
Memang
demikianlah hidup manusia di dunia. Hidup kita sungguh-sungguh memerlukan
perjuangan yg terus menerus, sebab hal itu adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari
dalam menjalani hidup ini. Tetapi bukankah oleh hikmat Tuhan kepada Ayub,
sudah berkata kepada kita semua bahwa sebagai orang-orang yg percaya kepadaNya
bahwa “Bukankah manusia harus bergumul di bumi dan hari-harinya seperti orang
upahan? (Ayub 7:1) Seringkali kita harus jatuh bangun karenanya, tetapi itulah
yg namanya romantika atau salib kehidupan. Kita perlu memupuk cinta/kasih Tuhan
Yesus Kristus dalam diri kita, dg terus menjalani hidup kita dalam kekudusan
dan pertobatan setiap hari. Sebab kasih Tuhan akan membantu kita untuk dapat
sabar dan tekun dalam menghadapi setiap setiap tantangan, cobaan dan godaan
dalam hidup ini.
Seandainya segala sesuatu sudah kita perjuangkan sekuat tenaga, tetapi keadaan hidup kita tetap tidak membaik? Maka jawabannya adalah “….Pikullah kuk yang pasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan murah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”. (Matius 11:29). Lalu belajarlah dari Yesus tentang kasihNya yg besar. Ia telah tulus & rela menanggung semua dosa yg telah kita perbuat dg mati di atas kayu salib gantikan kita, yg seharusnya mati disana oleh karena dosa-dosa kita itu. Dengan demikian, kitapun dapat belajar lebih mengasihiNya dan mengasihi angota keluarga, teman & sesama, seperti ia telah mengasihi kita.Dan kitapun akan dapat percaya kepada Tuhan dengan sepenuhnya berserah kepadaNya, bahwa segala apapun yg kita sedang hadapi akan dapat kita lewati bersamaNya.
Doa kami:
Tuhan Yesus,
penuhilah hati kami selalu dg cinta kasihMu yg tak terbatas agar kami tetap kuat
menjalani hidup ini dg iman kami kepadaMu. Amin