
Tema renungan kita hari ini adalah "Memberi dengan Tulus".
Kalau berbicara dengan "memberi secara tulus", berarti ada pemberian yang tidak tulus. Pemberian yang tidak tulus artinya pemberian secara terpaksa. Misalnya: Daripada saya dibunuh oleh seorang perampok, ya lebih baik saya berikan kepadanya dompet ini kepadanya.
Daripada saya tidak diloloskan dalam sebuah pertarungan jabatan, apa boleh buat biarlah saya berikan kepadanya harta ini, nanti saya upayakan gantinya setelah mendapat jabatan itu. Ya, daripada menjadi masalah, oke-lah saya mengalah dan memberikan kepadanya. Daripada saya dikata-katai sebagai orang pelit, lebih baik saya berilah sedikit sumbangan, dan lain sebagainya.
Ada empat kelompok orang dalam "memberi".
Pertama. Ada yang memberi, tetapi harus diperas atau diancam dulu.
Kedua. Ada yang memberi, karena dipaksa oleh suatu keadaan.
Ketiga. Ada yang memberi tidak dengan tulus atau sekedarnya saja.
Keempat. Ada yang memberi yang terbaik dengan kesadaran hati yang tulus ikhlas.
Kita termasuk di kelompok mana ? Dalam nats diatas, jelas tersirat bahwa janda miskin itu adalah termasuk kelompok yang keempat.
Kalau kita jujur, terkadang pemberian kita tidak tulus, sekadarnya dan tidak benar. Memang benar kita "memberi", tetapi sebenarnya nilainya bergeser. Yang dimaksudkan bergeser disini adalah kita memberi, karena kita tidak perlu lagi atau kita tidak suka lagi atau barang sisa-sisa yang rencanya mau dibuang saja.
Misalnya: Kita memberikan sesuatu barang, kepada seseorang, karena kita tidak butuh lagi barang itu. Ada seorang bapa berkata: Ma, kasih orang itu baju-baju yang ada didalam lemari, kita perlu tempatnya untuk baju-baju yang barusan beli dan kita perlu repot-repot membuang baju-baju lama itu, kan sudah jelek-jelek dan tidak terpakai lagi.
Suatu waktu ada sebuah gereja mengadakan suatu rencana perjalanan Misi. Lalu panitia mengumumkan kepada jemaat agar mereka membawa pakaian bekas layak pakai. Beberapa hari setelah itu jemaat membawa pakaian dan memenuhi gereja. Setelah diperiksa, ternyata banyak sekali yang sudah sobek, tidak ada lengan sebelah, dan berbagai macam kerusakannya. Artinya memberi sih memberi, tetapi tahulah cara memberi yang terbaik !
Memberi dengan tulus adalah memberi dengan motivasi yang benar, karena kita cinta Yesus. Hendaknya segala sesuatu yang kita berikan kita berikan sepertinya bagi Tuhan. Lakukanlah segala sesuatu dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan.
Berikutnya, memberi yang terbaik dengan tulus adalah memberi sampai terluka. Artinya, yang kita memberi sesuatu yang paling kita sukai, sesuatu barang/milik kesayangan kita yang sulit kita lepaskan. Itulah yang dilakukan oleh janda miskin itu. Dia memberikan seluruh nafkahnya (bhs inggrisnya KJV = all the living she had).
Saya tidak menyuruh saudara memberi semua apa yang ada pada anda, tetapi berilah sesuatu dengan tulus dan yang terbaik yang dapat anda berikan !
Doa kami :
Tuhan Yesus, ampunilah kami, kalau sikap kami dalam "memberi" selama ini, hanya sekedarnya saja dan tidak tulus, bukan memberi yang terbaik dan tulus seperti yang Kau inginkan. Amin.
Kalau berbicara dengan "memberi secara tulus", berarti ada pemberian yang tidak tulus. Pemberian yang tidak tulus artinya pemberian secara terpaksa. Misalnya: Daripada saya dibunuh oleh seorang perampok, ya lebih baik saya berikan kepadanya dompet ini kepadanya.
Daripada saya tidak diloloskan dalam sebuah pertarungan jabatan, apa boleh buat biarlah saya berikan kepadanya harta ini, nanti saya upayakan gantinya setelah mendapat jabatan itu. Ya, daripada menjadi masalah, oke-lah saya mengalah dan memberikan kepadanya. Daripada saya dikata-katai sebagai orang pelit, lebih baik saya berilah sedikit sumbangan, dan lain sebagainya.
Ada empat kelompok orang dalam "memberi".
Pertama. Ada yang memberi, tetapi harus diperas atau diancam dulu.
Kedua. Ada yang memberi, karena dipaksa oleh suatu keadaan.
Ketiga. Ada yang memberi tidak dengan tulus atau sekedarnya saja.
Keempat. Ada yang memberi yang terbaik dengan kesadaran hati yang tulus ikhlas.
Kita termasuk di kelompok mana ? Dalam nats diatas, jelas tersirat bahwa janda miskin itu adalah termasuk kelompok yang keempat.
Kalau kita jujur, terkadang pemberian kita tidak tulus, sekadarnya dan tidak benar. Memang benar kita "memberi", tetapi sebenarnya nilainya bergeser. Yang dimaksudkan bergeser disini adalah kita memberi, karena kita tidak perlu lagi atau kita tidak suka lagi atau barang sisa-sisa yang rencanya mau dibuang saja.
Misalnya: Kita memberikan sesuatu barang, kepada seseorang, karena kita tidak butuh lagi barang itu. Ada seorang bapa berkata: Ma, kasih orang itu baju-baju yang ada didalam lemari, kita perlu tempatnya untuk baju-baju yang barusan beli dan kita perlu repot-repot membuang baju-baju lama itu, kan sudah jelek-jelek dan tidak terpakai lagi.
Suatu waktu ada sebuah gereja mengadakan suatu rencana perjalanan Misi. Lalu panitia mengumumkan kepada jemaat agar mereka membawa pakaian bekas layak pakai. Beberapa hari setelah itu jemaat membawa pakaian dan memenuhi gereja. Setelah diperiksa, ternyata banyak sekali yang sudah sobek, tidak ada lengan sebelah, dan berbagai macam kerusakannya. Artinya memberi sih memberi, tetapi tahulah cara memberi yang terbaik !
Memberi dengan tulus adalah memberi dengan motivasi yang benar, karena kita cinta Yesus. Hendaknya segala sesuatu yang kita berikan kita berikan sepertinya bagi Tuhan. Lakukanlah segala sesuatu dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan.
Berikutnya, memberi yang terbaik dengan tulus adalah memberi sampai terluka. Artinya, yang kita memberi sesuatu yang paling kita sukai, sesuatu barang/milik kesayangan kita yang sulit kita lepaskan. Itulah yang dilakukan oleh janda miskin itu. Dia memberikan seluruh nafkahnya (bhs inggrisnya KJV = all the living she had).
Saya tidak menyuruh saudara memberi semua apa yang ada pada anda, tetapi berilah sesuatu dengan tulus dan yang terbaik yang dapat anda berikan !
Doa kami :
Tuhan Yesus, ampunilah kami, kalau sikap kami dalam "memberi" selama ini, hanya sekedarnya saja dan tidak tulus, bukan memberi yang terbaik dan tulus seperti yang Kau inginkan. Amin.