“Bahkan jikalau ia
berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali
kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia”. (Lukas 17:4)
Konon ada sebuah
kisah: Ada dua orang sahabat yaitu Ali dan Beni. Mereka pergi berlibur ke
pantai. Suatu hari Ali kesal terhadap Beni sehingga Ali memukulnya.
Sakit yang dirasakan Beni akibat pukulan Ali dituliskannya diatas pasir. Ali
sudah menyakiti aku. Pada saat lain, Beni terpeleset hampir jatuh, untungnya
Ali dengan sigap menahannya yang memyebabkan Ali terluka. Pertolongan Ali
ini dituliskan Beni diatas sebuah batu. Ali telah menolongku. Ali
mengetahui hal ini dan bertanya pada Beni kenapa pada saat dia memukul Beni
menuliskan perasaannya diatas pasir, sedangkan pada saat Ali menolongnya
dituliskan diatas batu? Beni menjawab bahwa tulisan diatas pasir akan mudah
hilang, dia mau perasaan sakit hatinya akan segera dihapus & dilupakan.
Sebaliknya tulisan diatas batu akan bertahan. Beni ingin mengingat
kebaikan sahabatnya.
Begitulah yang
dikehendaki Tuhan agar kita tidak menyimpan sakit hati sehingga menjadi
kepahitan.
Segala kepahitan,
kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu,
demikian pula segala kejahatan. (Efesus 4:31)
Ada suatu kesaksian
tentang kepahitan, suatu hari seorang pendeta mendapat penglihatan kalau
mertuanya yang sudah meninggal tidak masuk sorga, padahal mertuanya aktif
pelayan di gereja. Pendeta bertanya kepada Tuhan kenapa mertuanya tidak masuk
sorga? Tuhan menjawab karena mertuanya tidak bisa mengampuni suaminya dan
dia menyimpan kepahitan sampai dia meninggal. Mungkin kita menganggap
ringan soal pengampunan, tetapi bagi Tuhan pengampunan adalah suatu keharusan. Kalau
kita tidak mengampuni semua yg bersalah kepada kita, maka kesalahan kitapun
tidak akan diampuni oleh Tuhan.
Tuhan Yesus
mengajarkan soal pengampunan dalam doa Bapa kami. Pengampunan tidaklah
mudah, mulut bisa mengatakan mengampuni, tetapi hati yang sakit sangat
susah untuk dihilangkan. Jika kita masih merasa sakit ketika bertemu dengan
orang yang menyakiti kita, artinya kita belum bisa mengampuni. Mungkin kita
bisa belajar dari anak kecil soal pengampunan, saat bermain jika mereka
bertengkar hanya sebentar, kemudian mereka bermain lagi, dengan cepat
mereka melupakan pertengkaran mereka. Sakit hati hanya membuat hidup kita tidak
tenang.
Pengalaman saya:
karena tidak mau ada kepahitan, maka saya sering lupakan kejadian yang
menyakitkan, cuma tahu kalau ada pernah terjadi, tapi sudah lupa. Sehingga jika
bertemu dengan orang tersebut, saya bisa bergaul dengannya dg tidak kaku dan
biasa saja seperti tidak pernah terjadi hal yang luar biasa, bahkan tetap ada
damai sukacita. Kalaupun ada yang teringat, tetapi hati saya tidak sakit.
Semua sakit hati kita jadikan pelajaran untuk tidak melakukan seperti itu,
sehingga kita menyakiti hati orang. Dengan demikian tetap ada sukacita.
Seperti ayat dalam nas
diatas, yakni tentang “mengampuni dg tidak terbatas”, mari kita menjadi
pelaku firman Tuhan dengan mengampuni orang yang bersalah kepada kita seberapa
banyak dan selamanya.
Ada sebuah lagu
rohani yang bisa dijadikan bahan untuk kita nyanyikan disaat kita belajar
mengampuni yaitu " mengampuni, mengampuni lebih sungguh 2x, Tuhan
lebih dulu mengampuni kepadaku, mengampuni mengasihi lebih sungguh"
Tuhan Yesus
memberkati kita semua para pembaca renungan pdairhidup. Salam sejahtera dari salah seorang
saudari kita dalam iman kepada Kristus, kawan sekerja Allah yg tinggal jauh
diluar pulau Jawa.
Doa kami:
Tuhan Yesus tolonglah
& mampukanlah kami umatMu agar tidak menyimpan sakit hati dalam kehidupan kami,
sehingga menjadi kepahitan. Dan membuang segala kepahitan, kegeraman,
kemarahan, pertikaian, fitnah dan kejahatan. Amin