“Namun aku hidup
bukan lagi aku sendiri yg hidup, melainkan Kristus yg hidup didalam aku. Dan hidupku
yg kuhidupi sekarang dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah,
yaitu Kristus, yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”. (Galatia
2:20)
Saya pernah membaca
sebuah cerita dari seseorang yang sedang mengikuti training kepribadian.
Dikisahkan bahwa pada sebuah sesi training tersebut, sang trainer meminta
agar semua peserta meletakkan kedua tangannya di dada hingga dapat merasakan
denyut jantungnya sendiri. Peserta diminta merasakan alunan denyut organ
vital manusia itu.
Kemudian sang trainer
meminta agar semua peserta berkonsentrasi dan memerintahkan jantung untuk
berhenti berdetak. Maka seisi kelas tersebut menjadi gaduh dengan tawa
peserta. Meskipun mereka dapat merasakan detak jantung masing-masing, namun
tidak ada satupun yang berhasil memerintahkan jantungnya sendiri untuk
berhenti.
Pelajaran dalam
training tersebut membawa kesadaran bagi setiap peserta bahwa semua organ-organ
yang ada dalam tubuh kita sendiri pun, yg memberikan kita kemampuan kepandaian ketampanan/keelokkan,
pandai bergaul... dll, ternyata bukanlah milik kita sepenuhnya, hanya titipan sementara
saja dari Tuhan Allah dalam Kristus yg menciptakan kita. (Efesus 2:20) Kita
tidak bisa menguasainya.
Kalau demikian,
seharusnya kita tidak layak untuk menyombongkan kesehatan kita yg prima,
kemampuan fisik kita yg hebat, banyaknya uang & harta yg kita miliki, tingginya
kedudukan, dan besarnya kekuasaan yang ada pada kita karena kepandaian
& kemampuan yg kita miliki. Sebab semuanya itu diberikan Tuhan kepada
kita. Karena memang semuanya itu, bukanlah milik kita sepenuhnya hanya
dititipkan sementara saja oleh Tuhan Allah yg maha kuasa sementara kita hidup
di muka buni ini. Meskipun untuk
beberapa harta dapat dicatat dengan nama kita.Tetapi setelah kita mati, maka
harta tsb tidak lagi menjadi milik kita. Semuanya harus ditinggalkan di
didunia ini. Bukankah semua kita lahir telanjang dan keluar dari dunia ini juga
dg telanjang, kecuali ada orang yg memasangkan pakaian kepada jasad kita. (Ayub
1:21)
Bahkan jantung yang tanpa
sadar kita klaim sebagai milik kitapun, tidak dapat kita perintahkan untuk
terus berdenyut atau berhenti berdenyut semau kita.
Manusia sebagai
keturunan Adam dan Hawa yg berdosa kepada Tuhan, pada dasarnya cenderung untuk
mementingkan diri sendiri. Bahkan Firman Tuhan mengingatkan bahwa pada
akhir zaman manusia akan semakin mencintai dirinya sendiri. Semua kalau
bisa untuk-ku. Yang penting aku senang, tidak peduli apakah itu
menyebabkan orang lain bersedih. Itulah sifat dasar manusia yang sudah jatuh
dalam dosa.(2 Timotius 3:1-5)
Tuhan Yesus
mengajarkan melalui rasul Paulus bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya
seharusnya mampu berkata & menyatakan, bahwa “aku hidup bukan lagi aku
sendiri yg hidup, melainkan Kristus yg hidup didalam aku. Dengan demikian, maka
setiap kesombongan, mencintai diri sendiri akan dirubahNya menjadi rendah hati
dan memperhatikan orang lain.
Sehubungan dg hal tsb
diatas, ada sebuah lagu yg indah : "hidupku
bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku......."
Tuhan Yesus
memberkati kita semua. Salam damai sejahtera dari seorang saudari kita yg
tinggal jauh diluar pulau Jawa.
Doa kami:
Tuhan Yesus, sadarkanlah
kami semua yg percaya kepadaMu bahwa segala apa yg kami miliki, termasuk
kemampuan kami, kesehatan kami... dll, semuanya hanyalah titipan daripada
Engkau saja. Agar kami dapat pergunakan
semuanya bagi kemuliaan namaMu saja ya Tuhan.Amin