“Wali negeri itu
menjawab dan berkata kepada mereka: Siapa diatara kedua orang itu yg kamu
kehendaki kubebaskan bagimu? Kata mereka: Barabas. Kata Pilatus kepada mereka:
Jika begitu apa yg, apakah yg harus kuperbuat dg Yesus ini, yg disebut Kristus
(=Mesias) ? Mereka semua berseru Ia harus disalibkan”. (Matiuis 27:21-22)
Pilihan orang banyak ternyata
tidak selalu mewakili kebenaran. Suara terbanyak, mayoritas,
teriakan protes atau demo mengatas-namakan rakyat, belum tentu menyuarakan kebenaran.
Itu bisa diatur oleh para pemain yang berada di belakang panggung. Sentimen pribadi, kedengkian, kebencian dan dendam bisa menjadi kendali yang sebenarnya. Tidak jadi soal siapa yang diusung, yang penting hasil yang diinginkan adalah “asal bukan si calon yang tidak dikehendaki”.
Memang mengejutkan tatkala orang banyak disuruh memilih antara Yesus dan Barabas-
seorang penjahat besar, pembunuh, perampok dll.
Ternyata pilihan untuk dibebaskan jatuh pada si penjahat. Rupanya memang persoalannya bukan pada kualitas Barabas, melainkan ditentukan oleh skenario "Asal Bukan Yesus".
Di balik skenario itu berdiri para pembenci Yesus dengan motif dengki. lalu dengan modus hasutan dari imam-imam kepala dan tua2, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihum mati. (Matius 27: 20).
Tujuannya satu, adalah membunuh si "Orang Benar itu". (Matius 27:19)
Detik-detik menjelang penyaliban Yesus, sebenarnya adalah suatu drama kotor “pembunuhan kebenaran”.
Skenario “pembunuhan kebenaran” sampai zaman sekarang masih sering kita saksikan dalam keseharian hidup kita ini. Kita dibuatnya kaget, sedih, berang, geram, dan kecewa berat.
teriakan protes atau demo mengatas-namakan rakyat, belum tentu menyuarakan kebenaran.
Itu bisa diatur oleh para pemain yang berada di belakang panggung. Sentimen pribadi, kedengkian, kebencian dan dendam bisa menjadi kendali yang sebenarnya. Tidak jadi soal siapa yang diusung, yang penting hasil yang diinginkan adalah “asal bukan si calon yang tidak dikehendaki”.
Memang mengejutkan tatkala orang banyak disuruh memilih antara Yesus dan Barabas-
seorang penjahat besar, pembunuh, perampok dll.
Ternyata pilihan untuk dibebaskan jatuh pada si penjahat. Rupanya memang persoalannya bukan pada kualitas Barabas, melainkan ditentukan oleh skenario "Asal Bukan Yesus".
Di balik skenario itu berdiri para pembenci Yesus dengan motif dengki. lalu dengan modus hasutan dari imam-imam kepala dan tua2, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihum mati. (Matius 27: 20).
Tujuannya satu, adalah membunuh si "Orang Benar itu". (Matius 27:19)
Detik-detik menjelang penyaliban Yesus, sebenarnya adalah suatu drama kotor “pembunuhan kebenaran”.
Skenario “pembunuhan kebenaran” sampai zaman sekarang masih sering kita saksikan dalam keseharian hidup kita ini. Kita dibuatnya kaget, sedih, berang, geram, dan kecewa berat.
Namun peristiwa penyaliban
Yesus membuktikan, bahwa skenario Allah adalah yg selalu unggul. Penyaliban
Yesus Kristus, justru melayani tujuan Allah,yakni penyelamatan dunia.
Siasat licik tidak bakal berjaya terus selamanya. Percayalah, bahwa tiada yang sanggup membinasakan “Sang Kebenaran”.
Siasat licik tidak bakal berjaya terus selamanya. Percayalah, bahwa tiada yang sanggup membinasakan “Sang Kebenaran”.
“Kegelapan” tidak
sanggup mengusir “terang”, tetapi yg terjadi adalah sebaliknya. (Yohanes 1:5
dan Kisah Para Rasul 26:17-18)
Bahan renungan hari
ini dikirimkan oleh seorang saudari kita seiman yg tingal jauh di luar negeri.
Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua dan semoga bermanfaat.
Doa kami:
Tuhan Yesus, utuslah
kami umatMu ya Tuhan, kami mau memberitakan Injil Kristus bagi mereka yg berada
dalam kegelapan, agar mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa iblis kepada Allah kepada
Allah. Amin