“Sebab itu turutilah dan lakukanlah
segala sesuatu yg mereka ajarkan kepada kamu, tetapi janganlah kamu turuti
perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkanya tetapi tidak melakukkannya”. (Matius 23:3)
Hidup diantara kebenaran atau didalam kebenaran?
Kadang-kadang kita terkejut ketika mendengar bahwa ada tokoh gereja atau tokoh masyarakat ternyata tidak sebaik seperti apa yg kita duga dan harapkan. Wejang2an mereka selalu berbobot. Mereka sering beziarah, selalu duduk dibaris depan ditempat ibadat dll. Mereka mungin dekat pada pimpinan Gereja atau pemerintahan. Tetapi sekarang diperiksa KPK . Ya...tenyata mereka itu orang yg bermuka dua. Menjalani kehidupan yg ganda yaitu "hidup diantara “kebenaran”. Pada zaman Yesus, masalah yg sama juga sudah ada. Justru para tokoh agama Yahudi, dan para orang Farisi, yg menjalani kehidupan ganda. Mereka dimarahi dan dicela oleh Yesus. Pada waktu itu Yesus berkata: Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yg mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (Matius 23:3) Orang-orang yg kelihatannya baik , ternyata munafik, gadungan dan palsu, selalu memakai kedok.
Disisi lain salah ada suatu beban
berat dalam hidup kita adalah gambaran yg dimiliki orang lain terhadap diri
kita. Kalau tidak hati2, maka kita akan dapat diperbudak oleh gambaran/harapan
itu. Mungkin karena seringkali dalam suatu lingkungan kita dapat membuat
sharing/pembicaraan yg mengesankan, atau kita mudah berbicara tentang kehadiran
& pertolongan Allah dalam hidup kita, atau aktip di berbagai pelayanan
kegiatan gereja. Misalnya: orang lain memandang kita sebagai “orang saleh” atau
orang suci . Kita seolah-olah dipaksakan atau mau tidak mau harus mau tidak mau
hidup seperti gambaran itu. Misalnya selalu harus memimpin doa, harus selalu
siap utk memberi renungan, selalu siap untuk melayani berbagai kebutuhan paroki
atau jemaat. Kalau kita tidak serius dalam melakukan hal tsb ,maka itu pasti akan
menjadi satu beban berat bagi kita; tetapi sebaliknya bagi kita yg mau sungguh
hidup menjadi perngiring Yesus yg setia, maka hal ini akan menjadi suatu cambuk
yg menegor serta memicu kita utk terus secara konsekwen melakukannya.
Meskipun kita melakukan banyak hal terpuji yg indah, tetapi oramg lain belum tentu tahu hati kita. Mereka tidak tahu cara hidup kita dirumah atau ditempat kerja. Apakah hidup kita sudah sesuai dg kata-kata indah dalam renungan kita yg kita sampaikan atau kah sesuai dg pelayanan yg kita lakukan di paroki atai gereja kita? Setiap pastor atu pendeta-pun bisa stress karena hal itu. Pendeta atau pastor karena “panggilannya”, selalu mesti memberi renungan, khotbah dan memimpin doa dll. Padahal dia sendiri tahu bahwa hidupya tidak senantiasa sesuai dg apa yg dia wartakan, atau apa yg dia ucapkan dalam doa dan ajarannya. Gejala kemunafikkan ini sering membayang-bayanginya. Begitu pula halnya dg para guru, orang tua, polisi hakim, tokoh gereja dan tokoh masyarakat. Siapapun diantara mereka dapat bermuka dua dan tidak jujur/bertopeng. Sebab itu firman Tuhan menagatakan bahwa firman Allah ini adalah bagaikan “pedang yg bermata dua”. Kenapa bermata dua ? Karena firman Tuhan itu bermanfaat utk menegur mereka yg mendenganya dan jug menegur mereka yg mengajarkannya. Ia sanggup membedakan perbedaan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu mahkluk apapun yg tersembunyi dihadapanNya, dan kelak kita harus memberi pertanggungan jawab ktia kepadaNya. (Ibrani 4:12) Jadi berhati-hatilah. Lakukanlah dg sungguh2 apa yg kita telah ajarkan atau khotbahkan dan hiduplah didalamnya.
Contohnya:
Baru-baru ini saya mendengar cerita dari
seorang anak kecil/ remaja: Saya sering dimarahi oleh papa karena selalu menggunakan
HP ku, juga ketika kami makan bersama.Tetapi papa dan mama juga selalu memakai
Hpnya ketika mereka berdua makan , atau ketika sudah memilih mejanya, lalu
mereka langsung memali HP lagi, Lalu mengapa hanya saya saja yg dimarahi,
ketika mereka juga berbuat hal yg sama? Itu kan tidak fair, itu tidak adil!
Bagi orang yg percaya kepada Tuhan,
Kristus ada didalam pusat pikiran hati dan pertimbangan kita. Dan Dia yg adalah
Roh Kebenaran yg akan membebaskan kita
dari segala kemunafikkan, kepura-pura-an.
Seandainya kia mau berusaha setiap hari untuk terus menerus mendekat kepada
Tuhan “dalam meditasi & doa, dalam pembacaan & dalam merenungkan
firmanNya yg ada dalam Akitab”, maka kitapun akan bebas dari keharusan atau
paksaan untuk menjadi sesuai dg gambaran orang lain tentang diri kita. Kita
usah lagi bermain sandiwara atau bekedok, dan kita akan dapat menerima diri
kita apa adanya, tanpa semua hiasan, julukkan atau gambaran yg dibuat-buat agar
dianggap hebat oleh orang lain. Kita sudah "hidup didalam kebenaran" dan tidak memakai kedok lagi. Bukankah semua kita
pengikut Yesus mau menjadi hidup “benar” dihadapan Yesus Kristus Tuhan dan
Juruselamat kita ? Kalau ada sesuatu yg salah atau tidak benar, maka akui saja
dihadapan Tuhan dan sesama termasuk juga dipengadilan.
Dengan demikian “kebenaran” yg
terpancar dari perbuatan2 nyata dalam hidup kita, memang adalah merupakan
cermin dari kata-kata perilaku dan perbuatan kita sehari-hari. Dan itu akan
menjadi suatu kesatuan yg indah dan menarik dalam hidup kita. Sehingga
seringkali ada orang berkata: kalau kamu mau tahu orang itu seperti apa,
tanyakan saja kepada teman kerjanya, supirnya, suami atau istrinya atau
pembantunya yg paling sering berjumpa dg dia setiap harinya. Renungan ini terambil dari suatu renungan yg
ditulis oleh seorang pastor senior yg cukup bagus utk kita sama renungkan hari
ini.
Doa kami:
Tuhan Yesus tolonglah kami agar kani
selalu dapat hidup dalam kebenaran dan bukan hidup diatara kebenaran. Amin