Judul perikop dari firman
Tuhan dalam kitab 1 Korintus 13 adalah “kasih”. Selanjutnya dikatakan bahwa ada
tiga hal penting dalam kehidupan rohani kita yaitu iman, pengharapan dan kasih.
Dan yg terbesar dari tiga hal itu ialah kasih. (1Korintus 13:13) Apakah
maksudnya ini ?
Maksudnya yg pertama
adalah dalam kehidupan rohani kita sebagai orang-orang yg percaya kepada Yesus
Kristus harus “iman”. Kita tidak akan dapat beroleh keselamatan kekal & tidak
dapat masuk kedalam Kerajaan sorga, kalau kita tidak sepenuh hati percaya
kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. (Yohanes 14:6 dan Ibrani
11:6)
Yang kedua dan yg harus
ada dalam kehidupan rohani kita sebagai orang-orang yg percaya kepada Tuhan
adalah “pengharapan”. Siapakah sumber pengharapan kita? Sumber pengharapan kita
adalah Firman Allah, yakni Yesus Kristus, Juruselamat kita. Sebab Dia adalah
kasih karunia/anugerah terbesar yg telah dikaruniakan oleh Allah kepada setiap
orang yg yg percaya kepada Yesus
Kristus, anakNya yg tunggal. (Yohanes 3:16 dan Lukas 1:30-34 dan Mazmur
119:114)
Selanjutnya........., setelah
kita mempunyai iman yg sempurna utk memindahkan gunung, tetapi jika kita tidak
memiliki kasih, maka kita sama sekali tidak berguna. (1 Korintus 13:2) Sebab
bisa saja kita menyalah-gunakan kasih karunia Tuhan yg dikaruniakan kepada kita,
kemudian kita dapat melakukan banyak perbuatan ajaib & mujizat, dengan
maksud agar kita seolah-olah jadi seorang dewa penolong yg terkenal manjur &
dapat banyak uang. Demikian juga sekalipun kita mempunyai pengharapan penuh kepada
Tuhan bahwa Ia akan mencukupkan apa yg kita butuhkan, menolong &
menyelamatkan kita, lalu kita membagi-bagikan segala sesuatu ; tetapi jika kita
tidak melakukannya atas dasar kasih, maka semua itu sedikitpun tidak ada
faedahnya bagi kita. (1 Korintus 13:3) Mengapa demikian ? Sebab bisa saja kita
melakukan itu, agar kita dikenal & dipuji-puji bahwa kita adalah orang yg
dermawan, padahal kita mempunyai maksud lain/motif pribadi yg terselubung.
Jadi.........., yang
ketiga dan harus ada dalam kehidupan rohani kita sebagai orang-orang yg percaya
kepada Tuhan adalah “kasih”.......Dan siapakah “kasih” itu? Jawabannya: Allah adalah kasih. Kalau kita tidak mengasihi, maka kita tidak
mengenal Allah. (1 Yohanes 4:8,16) Tidak
ada gunanya kita percaya & menyembah Allah; apabila kita tidak mengasihi
keluarga, saudaranya se-tanah air, dan sesama yg bisa kita lihat, maka kita
tidak mungkin bisa mengasihi Allah yg tidak kita lihat. (1 Yohanes 4:20) Sebenarnya dalam kehidupan rohani kita harus
mempunyai ketiga-tiganya, namun “kasih” disebut yg terbesar, karena meskipun
kita punya iman dan pengharapan tetapi kalau kita tidak memiliki kasih, maka
kita sebarnya tidak mengenal Allah. Dan karena kita tidak mengenal Allah, maka
kitapun tidak bisa masuk kedalam Kerajaan Sorga.
Ada suatu kesaksian dari seorang
umat Tuhan: Namanya Agust Dapa Loka, dia
adalah seorang guru yg humoris. Suatu saat ketika dia berkendara sepeda motor dijalanan sepi di
Waingapu, Ibukota Kabupaten Sumba Timur, NTT, Agust terjatuh. Kaki kanannya
patah dan mesti diamputasi sebatas lutut. Penanganan yg seadanya dirumah sakit
daerah membuat kakinya infeksi.Tiga kali operasi lanjutan,termasuk di RS
Ortopedi Solo Jawa Tengah, belum memberinya kesembuhan. Pada operasi terakhir
di Solo dokter justru mendiagnosa kaki Agust terkena infeksi tulang. Amputasi
harus dilakukan dengan memotong sebagian tulang pahanya."Saya shock",
kata Agust yang kemudian memutuskan pulang ke Sumba.
“Hidup harus berlanjut”, begitu kata Agust, alumni IKIP (sekarang Universitas) Sanata Dharma Yogyakarta itu. Sebagai kepala keluarga Agust mesti menghidupi istri dan ketiga anaknya. Ia memaksakan diri tetap mengajar meski rasa sakit pada kaki nya kerap tak tertahankan. "Saya harus bekerja sebab anak istri saya perlu makan. Anak juga butuh biaya untuk sekolah," cetus Agust yg saban hari memakai kruk. Anak pertamanya sedang kuliah di sebuah Sekolah Tinggi Kesehatan di Yogyakarta, anak kedua SMA dan yg lain SD. Tetap bekerja adalah cara Agust mensyukuri hidupnya. Kepada istri, anak-anaknya & saudaranya; Agust yg humoris ini memberi mereka penghiburan. Dia minta agar mereka jangan bersedih, apalagi mengasihaninya. Dalam hatiya dia berkata: "Syukur bahwa sakit ini terjadi saya, bukan pada saudara, istri atau anak"saya. Mereka belum tentu kuat menanggungnya". Agust yakin Tuhan punya rahasia tersendiri atas hidupnya. Tuhan yg adalah “kasih” telah memampukan Agust untuk menutupi segala kesakitannya, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala kesakitan & kelemahan tubuhnya itu. Ditengah kondisi yg menekan, Agust bersyukur Tuhan yg memberinya banyak kolega. Dari ikatan alumni tempat dia mengajar, misalnya mereka telah membantu-nya sebuah motor matic yg gampang dia kendarai untuk beraktivitas."Banyak hal terjadi diluar dugaan saya,"kata Agust... Bahkan dalam segala kesakitan & kelemahan tubuhnya itu ,dia masih bisa menerbitkan suatu novel tentang kekuatan hati seorang wanita dan kasihnya yg terulur, yg membuat orang bersyukur atas kehidupannya.
“Hidup harus berlanjut”, begitu kata Agust, alumni IKIP (sekarang Universitas) Sanata Dharma Yogyakarta itu. Sebagai kepala keluarga Agust mesti menghidupi istri dan ketiga anaknya. Ia memaksakan diri tetap mengajar meski rasa sakit pada kaki nya kerap tak tertahankan. "Saya harus bekerja sebab anak istri saya perlu makan. Anak juga butuh biaya untuk sekolah," cetus Agust yg saban hari memakai kruk. Anak pertamanya sedang kuliah di sebuah Sekolah Tinggi Kesehatan di Yogyakarta, anak kedua SMA dan yg lain SD. Tetap bekerja adalah cara Agust mensyukuri hidupnya. Kepada istri, anak-anaknya & saudaranya; Agust yg humoris ini memberi mereka penghiburan. Dia minta agar mereka jangan bersedih, apalagi mengasihaninya. Dalam hatiya dia berkata: "Syukur bahwa sakit ini terjadi saya, bukan pada saudara, istri atau anak"saya. Mereka belum tentu kuat menanggungnya". Agust yakin Tuhan punya rahasia tersendiri atas hidupnya. Tuhan yg adalah “kasih” telah memampukan Agust untuk menutupi segala kesakitannya, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala kesakitan & kelemahan tubuhnya itu. Ditengah kondisi yg menekan, Agust bersyukur Tuhan yg memberinya banyak kolega. Dari ikatan alumni tempat dia mengajar, misalnya mereka telah membantu-nya sebuah motor matic yg gampang dia kendarai untuk beraktivitas."Banyak hal terjadi diluar dugaan saya,"kata Agust... Bahkan dalam segala kesakitan & kelemahan tubuhnya itu ,dia masih bisa menerbitkan suatu novel tentang kekuatan hati seorang wanita dan kasihnya yg terulur, yg membuat orang bersyukur atas kehidupannya.
Doa kami:
Tuhan
Yesus, jadikanlah kami umatMu sebagai orang-orang yg mampu selalu hidup dalam
iman, pengharapan dan kasih sepanjang unur hidup kami. Amin