“Akhirnya
mulailah Imam Besar dan
pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab
mereka sangat iri hati. Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan
mereka ke penjara kota”. (Kisah Para Rasul 5:17-18)
Iri hati bukanlah hikmat atau kebijaksanaan yg datang dari sorga, tetapi hikmat yg datang dari dunia, dari nafsu kedagingan manusia dan dari setan. (Yakobus 3:14) Ketika seseorang atau satu kelompok orang yg egois & terlalu mementingkan dirinya sendiri, lalu mereka melihat ada orang/sekelompok orang lain yg memiliki kelebihan daripada mereka; maka mereka menjadi tidak bisa menerima hal itu, sehingga timbulah rasa iri hati. Misalnya orang/sekelompok orang lain lebih pandai, lebih berhasil/sukses atau lebih populer, lebih kaya daripada mereka.
Sejak zaman dulu, masalah “iri hati dan kesombongan” sudah ada. Contohnya dalam Alkitab : Raja Tirus (suatu gambaran kejatuhan dari Satan, atau juga kejatuhan manusia pertama Adam, atau kejatuhan orang-orang sombong & egois) mungkin raja Ittobal yg mengepung Yerusalem sebagai raja Babel ketika itu. Dia sangat pandai, penuh hikmat, cantik/ganteng dan penuh kemuliaan & gambaran kesempurnaan; kesemuanya itu akhirnya membuat hatinya menjadi sombong dan iri kepada Tuhan Allah dan dia menyamakan dirinya sama seperti Tuhan Allah, maka Tuhan melemparkan dia ke bumi dan direndahkan dihadapan semua yg melihatnya dan pada akhir hidupnya dia dilempar kedalam neraka. (Yehezekiel 28:1-18)
Demikian juga, karena iri hati persembahannya ditolak oleh Allah, sedangkan persembahan Habel diterima oleh Allah, maka Kain membunuh Habel adiknya.
Dan juga karena iri hati, maka saudara-saudaranya Yusuf, berbuat jahat kepadanya dan menjualnya kepada orang Midian untuk dijadikan budak disana. (Kisah Para Rasul 7:9) Walaupun iri hati mereka mungkin cukup beralasan, karena sikap pilih kasih dari Yakub sang ayah terhadap mereka. Tetapi bukanlah berarti kelakuan yg buruk itu harus terus mereka pelihara. Sebab dengan begitu akhirnya iri hati mereka jadi menguasai hati mereka, sehingga rasa cinta kasih mereka terhadap Yusuf adik mereka jadi padam.
Begitu juga halnya karena para Imam Besar dan pengikut-pengikutnya dari mazhab Saduki sangat iri hati, sebab mereka tidak bisa mengadakan banyak tanda mujizat & kesembuhan seperti yg dilakukan oleh pada rasul Tuhan, maka mereka menangkap para rasul Tuhan Yesus lalu mereka memasukkan mereka kedalam penjara. (Kisah Para Rasul 5:17-18)
Bahkan sampai sekarang di zaman ini, iri hati itu masih terjadi di Universitas Harvard, Amerika Serikat, salah seorang professornya yaitu Thomas J. DeLong, pengajar disana menulis bahwa: Telah timbul suatu kecenderungan buruk diatara para murid-muridnya yaitu “terobsesi dg membanding-bandingkan prestasinya yg satu dg yg lain”. Dan tulisnya lebih lanjut bahwa: Hal yg demikian bahkan terjadi juga diantara para eksekutip bisnis, para Analis saham di pasar bursa Wall Street, Penasihat Hukum..dll, mereka juga sangat terobsesi untuk membandingkan prestasi masing-masing satu dg yg lainnya. Seandainya kita terus melakukan hal yg demikian, maka kita akan menjadi sombong dan memandang rendah mereka yg lebih buruk prestasinya daripada kita, atau sebaliknya akan membuat kita jadi iri hati dan ingin menjadi seperti mereka yg prestasinya lebih baik daripada kita. (Lukas 18:9 dan Yakobus 4:1)
Dalam hal yg demikian, Yesus isyaratkan kepada kita semua, bahwa secara tidak langsung kita telah berpikir bahwa “Tuhan itu tidak adil, bahkan kita telah iri hati kepada Tuhan, karena Ia murah hati”. (Matius 20:1-15) Iri hati adalah sesuatu hal yg sangat berdampak buruk bagi kita sendiri. Selain membuat tubuh kita menjadi rapuh terhadap sakit kanker tulang atau berbagai sakit penyakit lainnya (Amsal 14:30) ; iri hati juga terutama dapat mendorong kita untuk berbuat jahat atau licik kepada orang yg lebih berprestasi/berhasil daripada kita. Dan juga iri hati akan membuat kita tidak dapat berbelas kasihan lagi pada orang tsb. Contohnya seperti Saudara-saudaranya Yusuf yg tidak lagi berbelas kasihan kepada Yusuf adik kandungnya dan ingin membunuhnya.
Sebagai orang-orang yg percaya kepada Tuhan, agar kita dapat terlepas dari masalah iri hati, maka kita perlu membereskan diri kita dulu dihadapan Tuhan, yaitu menjadi kudus & benar dihadapanNya, dan memusatkan perhatian kita hanya kepada Tuhan saja dan bukan kepada apa yg telah dihasilkan/dicapai oleh orang lain.
Kemudian bersyukurlah kepadaNya atas semua kebaikkanNya terhadap kita dan atas semua yg telah dilakukanNya bagi kita sampai sekarang ini, sebab Ia adalah Tuhan yg adil, maha baik & sangat mengasihi kita. Dan ingatlah selalu, bahwa untuk kepentingan & kebaikkan kita bersama, maka Roh Kudus yakni Roh Tuhan bekerja pada setiap orang secara sendiri-sendiri, sehingga dengan begitu kita tidak perlu saling iri hati lagi. (1 Korintus 12:7)
Doa kami:
Tuhan Yesus, kami percaya bahwa Engkaulah Tuhan Raja kami yg adil, bijaksana dan sangat baik serta sangat mengasihi kami semua. Amin