“Wali negri menjawab dan berkata kepada mereka : Siapa
diantara kedua orang itu yg kamu
kehendaki kubebaskan bagimu. Kata mereka
: Barabas! (Matius 27:21)
Dari dahulu sampai sekarang, pilihan orang banyak tidak
selalu mewakili kebenaran.
Suara terbanyak, mayoritas, teriakan protes atau demo yg mengatas-namakan rakyat, belum tentu menyuarakan kebenaran.
Itu bisa diatur oleh pemain/sutradara yang berada di belakang panggung. Sentimen pribadi,
kedengkian, kebencian dan cinta dunia, cinta uang, cinta kekuasaan, bisa menjadi kendali yang sebenarnya.
Tidak soal siapa yang diusung, yang penting hasil yang diinginkan ialah “asal bukan si calon yang tidak dikehendaki”.
Memang mengejutkan manakala orang banyak disuruh memilih antara Yesus dan Barabas, seorang penjahat besar, perampok dan pembunuh; ternyata pilihan untuk dibebaskan jatuh pada si penjahat besar & pembunuh itu.
Rupanya memang persoalannya bukan pada kualitas Barabas, melainkan ditentukan oleh skenario "Asal Bukan Yesus".
Di balik skenario itu berdiri para pembenci Yesus dengan motif dengki dan modus hasutan mereka yang efektif. (Matius 27:18,20)
Tujuannya hanya satu, yaitu membunuh si "Orang Benar itu". (Matius 27:19)
Detik-detik menjelang penyaliban Yesus, sebenarnya adalah suatu drama kotor “pembunuhan kebenaran”.
Skenario drama “pembunuhan kebenaran”, kita saksikan dalam keseharian hidup kita sampai pada zaman sekarang ini.
Seringkali membuat kita kaget, sedih, berang, geram, bahkan tidak jarang kecewa berat.
Suara terbanyak, mayoritas, teriakan protes atau demo yg mengatas-namakan rakyat, belum tentu menyuarakan kebenaran.
Itu bisa diatur oleh pemain/sutradara yang berada di belakang panggung. Sentimen pribadi,
kedengkian, kebencian dan cinta dunia, cinta uang, cinta kekuasaan, bisa menjadi kendali yang sebenarnya.
Tidak soal siapa yang diusung, yang penting hasil yang diinginkan ialah “asal bukan si calon yang tidak dikehendaki”.
Memang mengejutkan manakala orang banyak disuruh memilih antara Yesus dan Barabas, seorang penjahat besar, perampok dan pembunuh; ternyata pilihan untuk dibebaskan jatuh pada si penjahat besar & pembunuh itu.
Rupanya memang persoalannya bukan pada kualitas Barabas, melainkan ditentukan oleh skenario "Asal Bukan Yesus".
Di balik skenario itu berdiri para pembenci Yesus dengan motif dengki dan modus hasutan mereka yang efektif. (Matius 27:18,20)
Tujuannya hanya satu, yaitu membunuh si "Orang Benar itu". (Matius 27:19)
Detik-detik menjelang penyaliban Yesus, sebenarnya adalah suatu drama kotor “pembunuhan kebenaran”.
Skenario drama “pembunuhan kebenaran”, kita saksikan dalam keseharian hidup kita sampai pada zaman sekarang ini.
Seringkali membuat kita kaget, sedih, berang, geram, bahkan tidak jarang kecewa berat.
Namun sebagai orang-orang yg percaya kepada Yesus
Kristus, penyaliban Yesus membuktikan, bahwa
skenario Allah selalu unggul. Penyaliban-Nya justru melayani tujuan-Nya, yakni “penyelamatan
dunia”. (Yohanes 3:16-18)
Siasat licik tidak akan bakal berjaya terus. Percayalah, bahwa tiada yang sanggup membinasakan Sang Kebenaran.Sama seperti : “kegelapan tidak sanggup mengusir terang, namun yg terjadi adalah sebaliknya”. (Yohanes 1:5)
Siasat licik tidak akan bakal berjaya terus. Percayalah, bahwa tiada yang sanggup membinasakan Sang Kebenaran.Sama seperti : “kegelapan tidak sanggup mengusir terang, namun yg terjadi adalah sebaliknya”. (Yohanes 1:5)
Salam sejahtera dari seorang saudari kami dalam Kristus,
kawan sekerja Allah yg tinggal jauh dari negri Indonesia.
Doa kami:
Tuhan Yesus, Engkau adalah kebenaran, jalan dan kehidupan yg kekal, kami
umatMu percaya bahwa dibalik semua ini Engkau ingin agar supaya jangan ada
seorangpun yg binasa, melainkan supaya semua orang berbalik kembali percaya
kepadaMu dan bertobat. Amin