"Kalau engkau
menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri." (Filemon
1:17)
Dalam renungan
persekutuan doa air hidup pada tanggal 27 Juli 2015, sebagai umat Tuhan kita
sudah mengetahui bahwa seiring dg perubahan zaman yg semakin menjauh daripada
Tuhan (2 Timotius 3:1-8), Tuhan meminta kepada semua kita umatNya agar juga
berubah dari posisi kita yg sekarang. Yaitu “Janganlah tetap bertahan
pada posisi kita yg sekarang”, tapi harus berubah. Namun arah perubahannya
sudah ditetapkan oleh Tuhan sesuai dg firmanNya diatas. (Roma 12:2) Misalnya: Jangan lagi kita beribadah kepada
Tuhan hanya secara formalitas/lahiriah saja, yaitu kita menjalankan ibadah
kepada Tuhan setiap minggu ; tetapi sesungguhnya dalam hati kita & dalam
kehidupan kita sehari-hari, sebenarnya kita menyangkal/memungkiri keberadaan
Tuhan & kuasaNya. Melainkan hendaklah kita percaya kepada Tuhan dg
sungguh-sungguh .
Sebaliknya bagaimana halnya
dengan sikap kita sebagai umat Tuhan, terhadap sesama saudara seiman yg
bertobat dari dosanya & berubah dari kehidupan lamanya sesuai dg firman
Tuhan pada kitab Roma 12:2 ?
Biasanya ketika ada seorang
saudara kita seiman yg bertobat dan mulai berubah dari kehidupan lamanya, dia akan
mengalami banyak cemoohan atau penolakkan atau keragu-raguan dari kita sendiri ataupun
dari orang-orang yg berada disekitarnya, terutama dari kita yg pernah disakiti
hati, dikhianati atau ditipu olehnya. Ketika saudara seiman itu datang memohon
maaf kepada kita, maka kita tidak akan dapat secara langsung sepenuhnya percaya
kepadanya. Kebanyakan dari antara kita masih mempunyai prasangka2 buruk
terhadap saudara seiman itu, yaitu bahwa jangan2 orang itu hanyalah pura2 saja bertobat
atau minta maafnya hanya dimulut saja; tetapi sebenarnya mungkin dia masih bermaksud
menipu kita lagi atau mengkhianati kita lagi.
Jikalau kita bersikap
demikian, maka kita telah bersikap seperti Filemon. Yaitu setelah dijamin oleh
rasul Paulus, barusan Filemon kembali bersedia menerima Onesimus budaknya yg tidak
berguna dan kabur dari Filemon, tuannya. Artinya kalau Onesimus tidak bertemu
dg rasul Paulus yg menjamin Onesimus dihadapan Filemon, maka Filemon tidak akan
pernah memaafkan Onesimus dan tidak akan menerima Onesimus kembali sebagai budaknya. Untuk
itu, janganlah sampai harus ada pastor atau pendeta dari gereja kita yg bersedia
menjamin seseorang yg bersalah terhadap kita terlebih dahulu, barusan kita bersedia mengampuninya. Sebab Tuhan
sudah perintahkan kepada semua kita umatNya, agar kita mengampuni kesalahan orang
terhadap kita, agar Bapa kita yg di sorga juga mengampuni kesalahan kita.
(Matius 6:14-15)
Misalnya : Kalau istri
kita atau suami kita seiman yg bertobat dari perbuatannya yg menyakiti hati kita atau
mengkhianati kita, maka ampunilah kesalahanya itu dg sepenuh hati. Janganlah
menunggu sampai ada jaminan dari pastor atau pendeta kita terlebih dulu,
barusan kita mau mengampuninya. Dan pengampunan kita itu janganlah hanya di
mulut saja, sedangkan hati kita tidakmengampuninya. Sebab kalau kita hanya
mengampuninya di mulut saja, maka seringkali dg mudahnya kita akan dapat mengungkit-ungkit
kejahatan & kesalahannya kembali. Kita harus menolong pasangan kita itu
agar dia berhasil hidup dalam pertobatannya & kembali kepada Tuhan.
(Galatia 6:2). Sehingga rumah tangga kita akan terhindar dari pertengkaran lagi, yang dapat membuat
pasangan kita itu menjadi putus asa, berbuat dosa lagi spt dulu, dan akhirnya
kehidupan perkawinan kita benar-benar jadi hancur berantakkan. Padahal kalau kita bersedia
menerimanya kembali dan dg segenap hati mengampuni kesalahannya, maka Tuhan pasti
akan terus turut bekerja dalam diri pasangan kita itu ; sehingga dia sanggup terus
hidup dalam pertobatannya dan Tuhanpun akan merobahnya menjadi suami atau istri
yg baik dan setia bagi kita.
Doa kami:
Tuhan Yesus, mampukanlah kami agar dapat mengampuni
kesalahan orang yg bersalah kepada kami dg sepenuh hati. Amin